Jenis – jenis manusia purba
Manusia yang ada pada
masa modern sekarang telah mengalami proses perkembangan yang sangat
panjang.Dari proses itu muncullah manusia seperti saat ini yang telah memiliki
kecerdasan tinggi sehingga mampu menciptakan teknologi maju dan ilmu
pengetahuan perkembangan manusia ini dinyatakan oleh Darwin dalam teori
evolusi.selain itu,dalam posting jenis – jenis manusia purba lengkap .manusia
yang hidup pada aman prasejarah dapat ditemui sekarang dalam bentuk fosil.Fosil
manusia yang ditemukan di Indonesia dalam perkembanganya terdiri dari beberapa
jenis.Masing – masing jenis mewakili zaman di mana ia hidup.
berikut ini adalah manusia purba
yang hidup pada zaman purba yang berada di Indonesia : 1.
Meganthropus Paleojavanicus
Meganthropus
Paleojavanicus berarti manusia purba dari jawa yang bertubuh besar.Manusia
purba ini diyakini merupakan mahkluk tertua yang pernah hidup di Pulau
Jawa.Mereka diperkirakan hidp sekitar 1 – 2 juta tahun yang lalu.Fosil rahang
bawah dan rahang atas manusia purba ini ditemukan oleh von koenigswald di
Sangiran pada tahun 1936 dan 1941.Von Koenigswald menemukan bahwa Meganthropus ini
memiliki rahang yang tegap dan geraham yang besar,tulang pipi tebal,tonjolan
kening yang mencolok dan tonjolan belakang kepala yang tajam serta sendi –
sendi yang besar.Melihat kondisi fisiknya disimpulkan bahwa Meganthropus ini
memakan tumbuh – tumbuhan.untuk lebih mengetahui yang lain silahkan membaca
artikel Jenis – jenis manusia purba lengkap
2. Pithecanthropus
Pithecanthropus berarti manusia kera.Seorang peneliti
bernama Eugene Dubois yang pertama kali menemukan fosil purba jenis ini.Pada
tahun 1891,ia menemukan bagian rahang,gigi,dan sebagian tulang
tengkorak.Manusia kera ini berjalan tegak dengan dua kaki diperkirakan hidup
700.000 tahun yang lalu.Dubois menemukan fosil Pithecanthropus di Trinil daerah
Ngawi pada saat Sungai bengawan solo mengering.Kemudian fosil tersebut
ditemukan dan dinamai ilmiah Pithecanthropus erectus yang berarti manusia kera
yang berjalan tegak.Sekarang nama ilmiah nya dikenal dengan nama Homo
Erectus.Pithecantrophus memiliki ciri – ciri tingga badan antara 165 – 180
cm,volume otak 750 – 1300 cc, dan berat badan 80 – 100 kg.dalam beberapa
penelitian,diperkirakan pithecanthropus adalah manusia purba yang pertama
kalinya mengenal api sehingga terjadi perubahan pola memperoleh makanan yang
semula mengandalkan makanan dari alam menjadi pola berburu menangkap ikan.
Jenis Jenis pithecanthropus yang ditemukan di indonesia
antara lain :
1. Pithecanthropus mojokertensis
Pithecanthropus mojokertensis memiliki arti kera dari
mojokerto.Fosil ini ditemukan oleh Von Keonigswalg di daerah perning,Mojokerto
pada tahun 1936 – 1941.
2. Pithecanthropus soloensis Berarti
manusia kera dari solo.yang ditemukan berupa 11 buah fosil tengkorak,tulang
rahang dan gigi.Fosil – fosil itu ditemukan oleh Von Keonigswalg dan
weidenreich antara tahun 1931 0 1934 di lembah sungai bengawan solo
3. Homo Sapiens
Homo Sapiens memiliki arti manusia cerdas.Manusia purba
jenis ini memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang.Dibandingkan
manusia purba sebelumnya,homo sapiens lebih banyak meninggalkan benda – benda
berbudaya.Diduga,inilah yang menjadi nenek moyang bangsa – bangsa di
dunia.Fosil homo sapiens di Indonesia ditemukan di wajak,dekat Tulungagung,Jawa
Timur oleh Von Rietschoten pada tahun 1889.Fosil ini merupakan fosil yang
pertama ditemukan di Indonesia yang diberi nama Homo wajakensis atau manusia
dari wajak.Fosil ini kemudia diteliti ulang oleh Eugene Dubois.Manusia purba
ini memiliki tinggi badan 130 – 210 cm,berat badan 30 – 159 kg,dan volume otak
1350 – 1450.Homo wajakensis diperkirakan hidup antara 25.000 – 40.000 tahun
yang lalu.Homo wajakensis memiliki persamaan dengan Australia purba (
Austroloid ).Sebuah tengkorak kecil dari seorang wanita,sebuah rahang bawah dan
sebuah rahang atas dari manusia purba itu sangat mirip dengan manusia purba ras
Australoid purba yang ditemukan di Talgai dan Keilor yang rupanya mendiami di
daerah Irian dan Australia.Di Asia tenggara ditemukan pula manusia purba jenis
ini di antaranya di Serawak,Filipina dan Cina selatan.
Jenis-Jenis manusia purba luar indonesia/dunia
1. Sinanthropus Pekninensis
Berdasarkan penemuanya fosil pithecanthropus pekinensis memiliki persamaan
dengan pithecanthropus erectus.Fosil ini ditemukan oleh prof.Davidson black
pada tahun 1927 di gua – gua dekat Chou – Kou – Tien,Peking
2. Homo Africanus ( Homo Rhodesiensis )
Ditemukan
oleh Raymond Dart dan Robert brom pada tahun 1924 di goa Broken hill,rhodesia (
zimbabwe )
3. Australopithecus Africanus
Ditemukan oleh
Raymond Dart pada tahun 1924 di Taung,dekat Vryburg,Afrika Selatan
4. Homo Heidelbergensis
Ditemukan oleh Dr.Schoetensack di Desa Maurer dekat kota Heidelberg (
jerman )
5. Homo Neanderthalensis
Ditemukan oleh Rudolf Virchow dan Dr.Fulfrott di lembah sungai
Neander,dekat Duselldorf,jerman tahun 1956.Ciri -ciri manusia purba ini
mendekat ciri homo wajakensis.
6. Homo Cro Magnon ( Ras Cro – Magnon )
Ditemukan oleh Lartet di gua Cro Magnon dekat Lez Eyzies sebelah barat
daya PERANCIS tahun 1868C. KEBUDAYAAN MASYARAKAT PRA AKSARA
Zaman pra aksara dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:
zaman batu dan zaman
logam
Pembagian itu didasarkan pada alat - alat atau hasil
kebudayaan yang mereka ciptakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan
kehidupannya. Secara skematis, pembagian zaman pra aksara dapat digambarkan
sebagai berikut: Disebut
zaman batu karena hasil - hasil kebudayaan pada masa itu sebagian besar terbuat
dari batu, mulai dari yang sedernaha dan kasar sampai pada yang baik dan halus.
Perbedaan itu merupakan gambaran usia peralatan tersebut. Semakin sederhana dan
kasar, maka peralatan itu dikatakan berasal dari zaman yang lebih tua, dan
sebaliknya.
Zaman batu sendiri dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu: zaman
batu tua (paleolitikum),zaman batu tengah (mesolitikum), dan zaman batu muda
(neolitikum).Di samping ketiga zaman batu itu, juga dikenal zaman batu besar
(megalitikum).Beberapa hasil kebudayaan dari zaman paleolitikum, di antaranya
adalah kapak genggam, kapak perimbas, monofacial, alat - alat serpih, chopper,
dan beberapa jenis kapak yang telah dikerjakan kedua sisinya. Alat - alat ini
tidak dapat digolongkan ke dalam kebudayaan batu teras maupun golongan flake.
Alat - alat ini dikerjakan secara sederhana dan masih sangat kasar. Bahkan,
tidak jarang yang hanya berupa pecahan batu. Beberapa contoh hasil kebudayaan
dari zaman paleolitikum dapat dilihat pada gambar di bawah ini.Chopper
merupakan salah satu jenis kapak genggam yang berfungsi sebagai alat penetak.
Oleh karena itu, chopper sering disebut sebagai kapak penetak. Mungkin kalian
masih sulit membayangkan bagaimana cara menggunakan chopper. Misalnya, kalian
akan memotong kayu yang basah atau tali yang besar, sementara kalian tidak
memiliki alat pemotong, maka kalian dapat mengambil pecahan batu yang tajam.
Kayu atau tali yang akan dipotong diletakan pada benda yang keras dan bagian
yang akan dipotong dipukul dengan batu, maka kayu atau tali akan putus. Itulah,
cara menggunakan kapak penetak atau chopper.Contoh hasil kebudayaan dari zaman
paleolitikum adalah flake atau alat - alat serpih. Hasil kebudayaan ini banyak
ditemukan di wilayah Indonesia, terutama di Sangiran (Jawa Tengah) dan Cebbenge
(Sulawesi Selatan). Flake memiliki fungsi yang besar, terutama untuk mengelupas
kulit umbi - umbian dan kulit hewan.Perhatikan salah satu contoh flake yang
ditemukan di Sangiran dan Cebbenge.Pada Zaman Paleolitikum, di samping
ditemukan hasil - hasil kebudayaan, juga ditemukan beberapa peninggalan,
seperti tengkorak (2 buah), fragmen kecil dari rahang bawah kanan, dan tulang
paha (6 buah) yang diperkirakan dari jenis manusia. Selama masa paleolitikum
tengah, jenis manusia itu tidak banyak mengalami perubahan secara fisik.
Pithecanthropus Erectus adalah nenek moyang dari Manusia Solo (Homo Soloensis).
Persoalan yang agak aneh karena Pithecanthropus memiliki dahi yang sangat
sempit, busur alis mata yang tebal, otak yang kecil, rahang yang besar, dan
geraham yang kokoh. Di samping ini adalah salah tengkorak Homo Soloensis yang
ditemukan oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan von Konigwald di Ngandong pada tahun
1936 - 1941.Pada Zaman Mesolitikum terdapat tiga macam kebudayaan yang berbeda
satu sama lain, yaitu kebudayaan Bascon - Hoabin,Toale, dan Sampung.
Ketiga kebudayaan itu diperkirakan datang di Indonesia hampir bersamaan
waktunya.Kebudayaan Bascon - Hoabin ditemukan dalam goa - goa dan bukit - bukit
kerang di Indo Cina, Siam, Malaka, dan Sumatera Timur. Daerah - daerah itu
merupakan wilayah yang saling berkaitan satu sama lainnya. Kebudayaan ini
umumnya berupa alat dari batu kali yang bulat. Sering disebut sebagai ‘batu
teras’ karena hanya dikerjakan satu sisi, sedangkan sisi yang lain dibiarkan
tetap licin.Sumateralith adalah salah jenis peralatan manusia pra aksara
Indonesia yang berfungsi sebagai alat penetak, pemecah, pemotong, pelempar,
penggali, dan lain - lain. Alat ini ditemukan di Sumatera dalam jumlah yang
sangat banyak. Penemuan ini merupakan fenomena yang menarik karena berkaitan
dengan kehidupan masyarakat pada waktu itu. Sekurang - kurangnya, penemuan itu
merupakan bukti bahwa kehidupan masyarakat sudah semakin maju dengan kebutuhan
yang semakin tinggi.Hasil kebudayaan Toale dan yang serumpun umumnya, berupa
kebudayaan ‘flake’ dan ‘blade’. Kebudayaan ini mendapat pengaruh kuat dari
unsur ‘microlith’ sehingga menghasilkan alat - alat yang berukuran kecil dan
terbuat dari batu yang mirip dengan ‘batu api’ di Eropa. Di samping itu,
ditemukan alat - alat yang terbuat dari tulang dan kerang. Alat - alat ini sebagian
besar merupakan alat berburu atau yang dipergunakan para nelayan.Kebudayaan -
kebudayaan yang mirip dengan kebudayaan Toale ditemukan di Jawa (dataran tinggi
Bandung, Tuban, dan Besuki); di Sumatera (di sekeliling danau Kerinci dan goa -
goa di Jambi); di Flores, di Timor, dan di Sulawesi. Di bawah ini adalah salah
satu hasil kebuadayaan Toale dari Sulawesi Selatan yang memiliki ukuran lebih
kecil, tetapi tampak lebih tajam dibandingkan dengan kapak genggam, kapak
perimbas, atau jenis kapak lainnya.Di samping alat - alat yang terbuat dari
batu, juga ditemukan alat - alat yang terbuat dari tulang dan tanduk. Kedua
jenis alat ini termasuk dalam hasil kebudayaan Toale.Sementara, kebudayaan
Sampung merupakan kebudayaan tulang dan tanduk yang ditemukan di desa Sampung,
Ponorogo. Barang yang ditemukan berupa jarum, pisau, dan sudip. Pada lapisan
yang lain telah ditemukan ‘mata panah’ yang terbuat dari kapur membatu. Di
samping itu ditemukan juga beberapa kerangka manusia dan tulang binatang buas
yang dibor (mungkin sebagai perhiasan atau jimat).Tentang persebaran kebudayaan
Toale tidak diketahui secara. Namun, beberapa penelitian telah membuktikan
bahwa kebudayaan ini telah berkembang di Sulawesi dan Flores.Kira - kira 1000
tahun SM, telah datang bangsa - bangsa baru yang memiliki kebudayaan lebih maju
dan tinggi derajatnya.Kira - kira 1000 tahun SM, telah datang bangsa - bangsa
baru yang memiliki kebudayaan lebih maju dan tinggi derajatnya.Mereka dikenal
sebagai bangsa Probo Melayu dan Deutro Melayu. Beberapa kebudayaan mereka yang
terpenting adalah sudah mengenal pertanian, berburu, menangkap ikan, memelihara
ternak jinak (anjing, babi, dan ayam).Sistem pertanian dilakukan dengan
sederhana. Mereka menanam tanaman untuk beberapa kali dan sesudah itu
ditinggalkan. Mereka berpindah ke tempat lain dan melaksanakan sistem pertanian
yang sama untuk kemudian berpindah lagi. Sistem pertanian itu sangat tidak
ekonomis, tetapi lebih baik dari kehidupan sebelumnya. Mereka mulai hidup
menetap, meski untuk waktu yang tidak lama. Mereka telah membangun pondok -
pondok yang berbentuk persegi empat siku - siku, didirikan di atas tiang -
tiang kayu, diding-dindingnya diberi hiasan dekoratif yang indah.Sedangkan
peralatan yang mereka pergunakan masih terbuat dari batu, tulang, dan tanduk.
Meskipun demikian, peralatan itu telah dikerjakan lebih halus dan lebih tajam.
Pola umum kebudayaan dari masa neolitikum adalah pahat persegi panjang. Alat -
alat perkakas yang terindah dari kebudayaan ini ditemukan di Jawa Barat dan
Sumatera Selatan karena terbuat dari batu permata. Di samping itu, ditemukan
beberapa jenis kapak (persegi dan lonjong) dalam jumlah yang banyak dan mata
panah.Berbagai jenis kapak yang ditemukan memiliki fungsi yang yang hampir.
Pada masa neolitikum, perkembangan kapak lonjong dan beliung persegi sangat
menonjol. Konon kedua jenis alat ini berasal dari daratan Asia Tenggara yang
masuk ke Indonesia melalui jalan barat dan jalan timur. Persebaran kapak
lonjong dan beliung persegi dapat dilihat dalam peta di bawah ini.Berdasarkan
hasil penelitian, peralatan manusia purba banyak ditemukan di berbagai wilayah,
seperti daerah Jampang Kulon (Sukabumi), Gombong (Jawa Tengah), Perigi dan
Tambang Sawah (Bengkulu), Lahat dan Kalianda (Sumatera Selatan), Sembiran
Trunyan (Bali), Wangka dan Maumere (Flores), daerah Timor Timur, Awang Bangkal
(Kalimantan Timur), dan Cabbenge (Sulawesi Selatan). Beberapa peralatan yang
penting dan banyak ditemukan, di antaranya:
Kapak perimbas. Kapak perimbas tidak memiliki tangkai dan
digunakan dengan cara menggenggam. Kapak ini ditemukan hampir di daerah yang
disebutkan di atas dan diperkirakan berasal dari lapisan yang sama dengan
kehidupan Pithecanthropus. Kapak jenis juga ditemukan di beberapa negara Asia,
seperti Myanmar, Vietnam, Thailand, Malaysia, Pilipina sehingga sering
dikelompokkan dalam kebudayaan Bascon-Hoabin.
Kapak penetak. Kapak penetak memiliki bentuk yang hampir
sama dengan kapak perimbas, tetapi lebih besar dan kasar. Kapak ini digunakan
untuk membelah kayu, pohon, dan bambu. Kapak ini ditemukan hampir di seluruh
wilayah Indonesia.
Kapak genggam. Kapak genggam memiliki bentuk yang hampir
sama dengan kapak perimbas, tetapi lebih kecil dan belum diasah. Kapak ini juga
ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Cara menggunakan kapak ini
adalah menggenggam bagian yang kecil.
Pahat genggam. Pahat genggam memiliki bentuk lebih kecil dari
kapak genggam. Menurut para ahli, pahat ini dipergunakan untuk menggemburkan
tanah. Alat ini digunakan untuk mencari ubi - ubian yang dapat dimakan.
Alat serpih. Alat ini memiliki bentuk yang sederhana dan
berdasarkan bentuknya alat diduga sebagai pisau, gurdi, dan alat penusuk. Alat
ini banyak ditemukan di gua - gua dalam keadaan yang utuh. Di samping itu, alat
ini juga ditemukan Sangiran (Jawa Tengah), Cabbenge (Sulawesi Selatan), Maumere
(Flores), dan Timor.
Alat - alat dari tulang. Tampaknya, tulang - tulang binatang
hasil buruan telah dimanfaatkan untuk membuat alat seperti pisau, belati, mata
tombak, mata panah, dan lain - lainnya. Alat - alat ini banyak ditemukan di
Ngandong dan Sampung (Ponorogo). Oleh karena itu, pembuatan alat-alat ini sering
disebut kebudayaan Sampung.
Blade, flake, dan microlith. Alat-alat ini banyak ditemukan
di Jawa (dataran tinggi Bandung, Tuban, dan Besuki); di Sumatera (di sekeliling
danau Kerinci dan gua - gua di Jambi); di Flores, di Timor, dan di Sulawesi.
Semua alat - alat itu sering disebut sebagai kebudayaan Toale atau kebudayaan
serumpun.
Di samping kebudayaan material, masyarakat pra aksara telah
memiliki atau menghasilkan kebudayaan rohani. Kebudayaan rohani mulai muncul
dalam kehidupan manusia, ketika mereka mulai mengenal sistem kepercayaan.
Sistem kepercayaan telah muncul sejak masa kehidupan berburu dan mengumpulkan
makanan. Kuburan merupakan salah satu bukti bahwa masyarakat telah memiliki
anggapan tertentu dan memberikan penghormatan kepada orang telah meninggal.
Masyarakat percaya bahwa orang yang meninggal, rohnya akan tetap hidup dan
pergi ke suatu tempat yang tinggi. Bahkan, jika orang itu berilmu atau
berpengaruh dapat memberikan perlindungan atau nasihat kepada mereka yang
mengalami kesulitan.Sistem kepercayaan masyarakat terus berkembang.
Penghormatan kepada roh nenek moyang dapat dilihat pada peninggalan -
peninggalan berupa tugu batu seperti pada zaman megalitikum. Peninggalan
megalitikum lebih banyak ditemukan pada tempat - tempat yang tinggi. Hal itu
sesuai dengan kepercayaan bahwa roh nenek moyang bertempat tinggal pada tempat
yang lebih tinggi.Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa manusia
mulai menyadari kehidupannya berada di tengah - tengah alam semesta. Manusia
menyadari dan merasakan adanya kekuatan yang maha dahsyat di luar dirinya
sendiri. Kekuatan itulah yang kemudian diketahui berasal dari Tuhan Yang Maha
Esa. Tuhan yang menciptakan, menghidupkan, memelihara, dan membinasakan alam
semesta. Dari kepercayaan itu, selanjutnya berkembang kepercayaan yang bersifat
animisme, dinamisme, dan monoisme. Animisme adalah kepercayaan bahwa setiap
benda memiliki roh atau jiwa. Dinamisme merupakan kepercayaan bahwa setiap
benda memiliki kekuatan gaib. Sedangkan monoisme merupakan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.Sebenarnya, zaman megalitikum bukan kelanjutan dari zaman
batu sebelumnya. Megalitikum muncul bersamaan dengan zaman mesolotikum dan
neolitikum. Pada zaman batu pada umumnya, muncul kebudayaan batu besar
(megalitikum) seperti menhir, batu berundak, dolmen, dan sebagainya. Sementara, zaman logam
dibedakan menjadi 3 (tiga) zaman, yaitu:
zaman Tembaga,zaman Perunggu, dan zaman Besi.
Namun, zaman Tembaga tidak pernah berkembang di Indonesia.
Dengan demikian, zaman logam di Indonesia dimulai dari zaman Perunggu. Beberapa
peninggalan dari zaman logam, di antaranya adalah nekara, bejana, dan kapak
yang terbuat dari perunggu, serta belati dari besi. Zaman PraSejarah Dunia
Prasejarah atau nirleka (nir: tidak ada, leka: tulisan) adalah istilah yang
digunakan untuk merujuk kepada masa di mana catatan sejarah yang tertulis belum
tersedia. Zaman prasejarah dapat dikatakan bermula pada saat terbentuknya alam
semesta, namun umumnya digunakan untuk mengacu kepada masa di mana terdapat
kehidupan di muka Bumi dimana manusia mulai hidup. Batas antara zaman
prasejarah dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini
menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah adalah zaman sebelum ditemukannya
tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan. Berakhirnya
zaman prasejarah atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia
tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu
bangsa Mesir sekitar tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan,
sehingga pada saat itu, bangsa Mesir sudah memasuki zaman sejarah. Zaman
prasejarah di Indonesia diperkirakan berakhir pada masa berdirinya Kerajaan
Kutai, sekitar abad ke-5; dibuktikan dengan adanya prasasti yang berbentuk yupa
yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur baru memasuki era
sejarah. Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman
prasejarah, keterangan mengenai zaman ini diperoleh melalui bidang-bidang
seperti paleontologi, astronomi, biologi, geologi, antropologi, arkeologi.
Dalam artian bahwa bukti-bukti pra-sejarah hanya didapat dari barang-barang dan
tulang-tulang di daerah penggalian situs sejarah.Pengkajian Zaman PraSejarah
dan budayanya Arkeologi ialah kajian terhadap Artifak : peninggalan ciptaan
manusia (pasu, mangkuk, tembikar, pisau dll), Ekofak : peninggalan sisa
makanan, tulang dan tumbuhan, Feature : peninggalan struktur bangunan, lubang
sampah yang tak dapat di ubah. 1. Terbagi kepada beberapa tahap atau zaman A.
Zaman Batu : Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat kebudayaan
terutama dibuat dari batu di samping kayu dan tulang. Zaman batu ini dapat
dibagi lagi atas:
a. Zaman batu tua (Paleolitikum) : Zaman batu tua
(palaeolitikum), Disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih
dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut
mata pencariannya periode ini disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat
sederhana. Pendukung kebudayaan ini adalah Homo Erectus yang terdiri.
b. Zaman batu tengah (Mesolitikum): Pada Zaman batu tengah
(mesolitikum), alat-alat batu zaman ini sebagian sudah dihaluskan terutama
bagian yang dipergunakan. Tembikar juga sudah dikenal. Periode ini juga disebut
masa berburu dan meramu makanan tingkat lanjut. Pendukung kebudayaan ini adalah
homo sapiens (manusia sekarang), yaitu ras Austromelanosoid (mayoritas) dan
Mongoloid (minoritas).
c. Zaman batu baru
(Neolitikum) : Alat-alat batu buatan manusia Zaman batu baru (Neolitikum) sudah
diasah atau dipolis sehingga halus dan indah. Di samping tembikar tenun dan
batik juga sudah dikenal. Periode ini disebut masa bercocok tanam. Pendukung
kebudayaan ini adalah homo sapiens dengan ras Mongoloide (mayoritas) dan ras
Austromelanosoide (minoritas).
Ciri-ciri kehidupan
zaman Paleolitik dan Mesolitik:
a. Hidup secara nomad yaitu
berpindah pindah
b. Tinggal di tepi danau, sungai atau gua. c.
Hidup dalam kelompok keluarga secara berkumpulan. d.
Kehidupan dengan berburu, hasil hutan, dan menangkap ikan. e. Peralatan lebih kepada fungsi
penggunaan.
Tidak kepada nilai estetika dan seni Manusia zaman neolitik
lebih bertamadun daripada Paleolitik dan mesolitik. a.
Kehidupannya secara kekal dalam kelompok besar dan wujud masyarakat. b. Kehidupan bercocok
tanam spt menanam padi di China. c.
Menternak binatang spt menternak biri-biri di Iraq. d.
Penciptaan alat mempunyai berbagai fungsi. e.
Mencipta tembikar melalui teknik putar spt di Gua Musang. f.
Wujud pengkhususan kerja - banyak masa untuk hasilkan artifak. g.
Memikirkan cara melebur logam. h. Sistem tukaran barangan kerana mulai ada
lebihan makanan.
Masyarakat Neolitik
di Timur Dekat a.
Wujud pertanian sejak 8000 SM b.
Penternakan Di China - padi ditanam sejak 8000 tahun lalu c.
Di Asia Tenggara padi ditanam di Ban Kao di Thailand 3500SM. d.
Di Malaysia padi di Gua Sireh Sarawak - 4500SM
B. Zaman Logam : Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat
alat-alat dari logam di samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal
teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkannya. Teknik
pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang disebut
bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut acire perdue.
Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul
golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam ini
dibagi atas:
a. Zaman tembaga : Orang
menggunakan tembaga sebagai alat kebudayaan. Alat kebudayaan ini hanya dikenal
di beberapa bagian dunia saja. Di Asia Tenggara (termasuk Indonesia) tidak
dikenal istilah zaman tembaga.
b. Zaman perunggu :
Pada zaman ini orang sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan
perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras.
c. Zaman besi : Pada zaman ini orang sudah dapat melebur
besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik
peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu sebab
melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.
Manusia zaman Logam
lebih maju daripada Batu. a.
Penggunaan logam besi dan mencipta rumah dan perahu. b. Menjelajah lautan dan
meningkatkan kegiatan perdagangan maritim.
c. Perdagangan bermula di
pesisiran pantai dan kemudian lebih jauh ke daratan. d. Pertempatan besar kepada kota pertahanan. e.
Bandar-bandar besar spt. Jericho (8000SM), Catal Hayuk di Turki ( 6500SM). f. Mengetahui cara mengubur mayat dengan
makanan, tembikar dan besi.
Zaman Perunggu dan Zaman Besi.
a. Di Malaysia ada sekitar 500SM b.
Perunggu dihasil - campuran tembaga dan timah. c.
Di Eropa - Perunggu mulai digunakan sekitar 2300SM - 700SM.
d. Di Asia Tenggara - Zaman Logam 1000SM - 1500SM di Dongson, Vietnam.
Zaman logam di
Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam juga
disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada zaman logam
jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab kebanyakan
alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah. Antara zaman neolitikum dan zaman
logam telah berkembang kebudayaan megalitikum, yaitu kebudayaan yang
menggunakan media batu-batu besar sebagai alatnya, bahkan puncak kebudayaan
megalitikum justru pada zaman logam.
ASAL-USUL DAN PERSEBARAN NENEK MOYANG
BANGSA INDONESIA
Bangsa Indonesia termasuk ras Mongoloid terutama Malayan
Mongoloid. Ras Mongoloid mempunyai 3 subras yaitu:
1.
Asiatik Mongoloid (Cina,Jepang,Korea)
2. Malayan Mongoloid (Melayu)
3.
American Mongoloid (Suku Indian)
Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia Sebelum
bangsa Melayu Austronesia masuk ke Indonesia, wilayah Indonesia sudah ada suku
Weddid dan Negrito. Kedua suku tersebut berasal dari daerah Tonkin.Dari Tonkin
kemudian menyebar ke Hindia Belanda, Indonesia, hingga pulau-pulau di Samudera
Pasifik.
Suku Bangsa Melayu yang terdapat di Indonesia dalam proses
menetapnya dibedakan menjadi dua yaitu 1.
Bangsa Melayu Tua (Proto Melayu)
2. Bangsa Melayu Muda (Deutro Melayu)
3.Bangsa Melayu Tua (Proto Melayu)
Bangsa Melayu Tua (Proto Melayu) adalah rumpun bangsa
Austronesia yang datang kali pertama di Indonesia sekitar 2000 tahun SM.
Kedatangan bangsa Austronesia dari daratan Yunan menuju Indonesia menempuh dua
jalur berikut:
1. Jalur Utara dan Timur
2. Jalur Barat dan Selatan
1. Jalur Utara dan Timur -
Melalui Teluk Tonkin menuju Taiwan (Formosa), Filipina, Sulawesi, dan Maluku
dengan membawa kebudayaan kapak lonjong. - Persebaran periode Proto Melayu ini
membawa kebudayaan batu baru/Neolithikum.
2. Jalur Barat dan Selatan
- Melalui Semenanjung Malaka, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara dengan membawa kebudayaan kapak
persegi. - Persebaran periode Deutro Melayu ini mebawa kebudayaan logam.
Bangsa Melayu Muda (Deutro Melayu) adalah rumpun bangsa
Austronesia yang datang di Indonesia pada gelombang kedua terjadi pada sekitar
500 tahun SM. Bangsa Melayu Muda datang ke Indonesia melalui jalur barat, yakni
berangkat dari Yunan, Teluk Tonkin, Vietnam, Thailand, Semenanjung Malaka, dan
kemudian menyeberangi Selat Malaka hingga sampai di Kepulauan Indonesia.
Penyebaran manusia purba di Indonesia tidak berlangsung dalam satu tahap.
Berdasarkan bukti-bukti sejarah yang ditemukan, kedatangan manusia purba di
indonesia berlangsung tiga tahap yaitu zaman mesolithikum, zaman neolithikum,
dan zaman perundagian.
Zaman mesolithikum
Terjadi gelombang
masuk manusia purba melonosoid dan daerah teluk tonkin, vietnam, melalui jalur
fhilipina, malaysia dan indonesia. Sisa keturunan bangsa melonosoid yang masih
ditemukan, antara lain orang sakai di siak, orang aeta di filipina, orang
semang di malaysia, dan orang papua melonosoid di indonesia
Zaman neolithikum (200 SM)
Terjadi perpindahan manusia purba dari rumpun bangsa melayu tua (proto
melayu) dari daerah yunan, china, melalui jalur semenanjung malaya, indonesia,
filipina, dan formosa. Kebudayaan neolithikum, khususnya jenis kebudayaan kapak
persegi dan kapak lonjong.
Zaman perundagian
Terjadi perpindahan manusia purba dari rumpun bangsa melayu
muda ( deutero melayu ) dari daerah teluk tonkin, vietnam ke daerah daerah di
sebelah selatan vietnam, termasuk indonesia.Bangsa ini merupakan pendukung
kebudayaan perunggu, terutama kapak corong nekara , moko, bejana perunggu, dan
arca perunggu. Kebudayaannya sering disebut kebudayaan Don son karena berasal
dari donson teluk tonkin
0 komentar :
Posting Komentar