Sabtu, 27 Oktober 2012


1. Bentuk-bentuk Muka Bumi
  Pada dasarnya bentuk-bentuk muka bumi dibagi menjadi 2 (dua), yakni bentuk muka bumi pada wilayah daratan dan bentuk muka bumi pada wilayah lautan. Masing-masing bentuk muka bumi baik di daratan maupun di lautan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Lalu apa saja bentuk muka bumi di wilayah daratan dan lautan tersebut. Berikut akan dijelaskan lebih rinci bentuk-bentuk muka bumi di kedua wilayah tersebut.
  1.            Di daratan
  Bentuk muka bumi di wilayah daratan berada di permukaan bumi yang tidak tertutupi air. Bentuk muka bumi di daratan ini terbagi menjadi 3 (tiga), yakni: dataran rendah, dataran tinggi, gunung, dan pegunungan.
  Dataran rendah. Merupakan suatu bentang alam tanpa banyak memiliki perbedaan ketinggian antara satu tempat dengan tempat yang lain. Dataran ini mempunyai ketinggian mencapai 200 m di atas permukaan air laut. Contoh dari dataran rendah, yakni dataran aluvial (contoh dataran aluvial di Sumatra Bagian Timur).
  •             Dataran tinggi. Merupakan dataran yang luas yang letaknya di daerah tinggi atau pegunungan. Dataran tinggi terbentuk sebagai akibat hasil erosi dan sedimentasi. Dataran ini juga dinamakan plato, contoh dataran tinggi gayo, dataran tinggi dieng.
  •             Gunung. Merupakan bentuk muka bumi yang berbentuk kerucut atau kubah berdiri sendiri. Pada beberapa gunung ditemukan juga yang bersambung dengan gunung lainnya, namun bentuk terpisahnya masih jelas. Umumnya gunung merupakan gunung berapi, contoh gunung bromo, gunung semeru, dan gunung merapi
                  Pegunungan. Bentuk muka bumi ini berbeda dengan gunung, tetapi juga memiliki persamaan yakni letaknya sama-sama tinggi. Perbedaannya adalah kalo pegunungan merupakan suatu jalur memanjang yang berhubungan antara puncak yang satu dengan puncak yang lainnya. Pegunungan biasanya relatif luas. Pegunungan dapat dibedakan menjadi pegunungan tua dan muda. Pegunungan tua merupakan pegunungan yang relatif rendah dengan puncaknya yang relatif tumpul dan lerengnya landai (contoh pegunungan skandinavia dan australia timur), sedangkan pegunungan muda pada umumnya tinggi denga puncaknya yang runcing dan lerengnya relatif curam. Contoh dari pegunungan di Indonesia adalah pegunungan bukit barisan.
  2.            Di lautan
  Bentuk muka bumi di wilayah lautan merupakan daerah yang tergenang oleh air laut dan letaknya di dasar laut. Contoh relief dasar laut, yakni:
  •             Palung laut (trough) merupakan daerah ingresi di laut yang bentuknya memanjang. Contoh palung sunda (7450 meter)
  •             Lubuk laut (basin) terjadi akibat tenaga tektonik merupakan laut ingresi dan bentuknya bulat. Contoh lubuk sulawesi, lubuk banda
  •             Gunung laut adalah gunung yang kakinya ada di dasar laut dan puncaknya menjulang ke atas permukaan air laut. Contoh gunung krakatau.
  •             Punggung laut merupakan satuan atau deretan bukit di dalam laut. Contoh punggung laut Sibolga.
  •             Ambang laut adalah punggung laut yang memisahkan dua bagian laut atau dua laut dalam contoh ambang laut sulu, ambang laut sulawesi.
  Secara umum dasar laut terdiri atas empat bagian. Pembagian ini dimulai dari bagian daratan menuju ke tengah laut, adalah sebagai berikut:
  1. Landasan Benua (Continental Shelf)
  Continental shelf (landasan benua) adalah dasar laut yang berbatasan dengan benua. Di dasar laut ini sering ditemukan juga lembah yang menyerupai sungai. Lembah beberapa sungai yang terdapat di Continental Shelf ini merupakan bukti bahwa dulunya continental shelf meupakan bagian daratan yang kemudian tenggelam.
  2. Lereng Benua (Continental Slope)
  Continental slope (lereng benua) biasanya terdapat di pinggir continental shelf. Daerah continental slope bisa mencapai kedalaman 1500 m dengan sudut kemiringan biasanya tidak lebih dari 5 derajat.
  3. Deep Sea Plain
  Deep sea plain meliputi dua pertiga seluruh dasar laut dan terletak pada kedalaman lebih dari 1.500 m, biasanya relief di daerah ini bervariasi, mulai dari yang rata sampai pada puncak vulkanik yang menyembul di atas permukaan laut sebagai pulau yang terisolasi.
  4. The Deeps
  The deeps merupakan kebalikan dari deep sea plain. Hanya sebagian kecil dasar lautan sebagai the deeps. The deeps permukaan laut adalah dasar laut dengan ciri adanya palung laut (trog) dan mencapai kedalaman yang besar, misalnya di Samudera Pasifik mencapai kedalaman 75.000 m.




2.  Tenaga Yang Mengubah Bentuk Muka Bumi
  Permukaan bumi selalu dan akan selalu mengalami perubahan sebagai akibat gomorfologi. Proses ini dapat berupa proses endogen (dari dalam bumi), proses eksogen ( dari luar bumi), maupun ekstraterestrial (angkasa, contoh meteor jatuh). Antara proses endogen dan eksogen saling berhubungan dimana apabila proses endogen terjadi (misal gunung meletus) maka proses eksogen akan menyertainya.
  Berikut ini akan dijelaskan lebih detail mengenai proses-proses yang bertugas mengubah bentuk muka bumi. Ketiga proses tersebut adalah sebagai berikut:
  1.            Tenaga Endogen
  Merupakan tenaga dari dalam bumi yang membentuk konfigurasi permukaan bumi. Tenaga endogen ini sifatnya membentuk permukaan bumi menjadi tidak rata. Tenaga Endogen sering menekan di sekitar lapisan-lapisan batuan pembentuk kulit bumi (litosfer). Mungkin saja di suatu daerah dulunya permukaan bumi rata (datar) tetapi akibat tenaga endogen ini berubah menjadi gunung, bukit atau pegunungan. Pada bagian lain permukaan bumi turun menjadikan adanya lembah atau jurang. Tenaga ini dapat berupa tektonisme (diastropisme), volkanisme, dan gempa.
  Tektonisme (diastropisme) terdiri atas tenaga epirogenesa dan tenaga orogenesa. Tenaga epirogenesa merupakan proses pengangkatan (negative) atau penurunan (positive) letak bumi dalam wilayah luas dengan kecepatan relatif lambat. Contoh akibat dari tenaga epirogenesa positif adalah turunnya pulau-pulau di Indonesia Timur, dan akibat dari tenaga epirogenesa negatif adalah pengangkatan benua Asia. Sedangkan tenaga orogenesa merupakan pengangkatan pada daerah relatif sempit dalam waktu relatif singkat. Contoh dari tenaga ini adalah terbentuknya pegunungan lipatan di zone utara jawa timur (pegunungan kendeng). Tenaga ini biasa disebut sebagai tenaga pembentuk pegunungan.
  Volkanisme adalah proses keluarnya magma ke permukaan bumi, baik melalui pipa kepundan maupun celah-celah batuan. Konfigurasi permukaan bumi yang dihasilkan oleh proses ini berupa bentuk lahan asal volkanik. Gejala vulkanisme berhubungan dengan aktivtas keluarnya magma di gunungapi. Proses keluarnya magma ke permukaan bumi disebut erupsi gunung api. Proses vulkanisme terjadi karena adanya magma yang keluar dari zona tumbukan antar lempeng.
  Tanda-tanda akan terjadi letusan gunung api adalah sebagai berikut:
  •             Kenaikan suhu udara disekitar gunung secara drastis.
  •             Sering terjadi gempa sebagai aktivitas gunung api.
  •             Bau belerang lebih menyengat dari biasanya.
  •             Tumbuhan disekitar gunung pada layu.
  •             Munculnya uap air panas.
  •             Karbon dioksida muncul lebih berlebihan.
  Gempa bumi adalah proses pergeseran permukaan bumi, baik disebabkan oleh tektonisme, volkanisme maupun terban (tanah runtuh). Gempa bumi ini kurang berperan dalam membentuk konfigurasi permukaan bumi dibandingkan kedua tenaga sebelumnya.
  Berdasarkan peristiwa yang menimbulkannya, gempa dibedakan menjadi 3 (tiga), yakni: gempa tektonik, gempa volkanik, dan gempa runtuhan. Gempa volkanik disebabkan oleh aktivitas gunung api, gempa tektonik disebabkan akibat gerakan tektonik yakni patahan dan retakan, sedangkan gempa runtuhan disebabkan oleh akibat runtuhan atap gua (sering terjadi pada gua-gua di daerah berkapur). Dari ketiga macam gempa ini yang terkuat adalah gempa yang diakibatkan oleh proses tektonik dan volkanik.





















 
Terjadinya bentuk muka bumi dipengaruhi oleh adanya gerakan-gerakan kerak bumi. perubahan bentuk yang mengahsilkan pola baru yang disebut struktur diastropik. yang termasuk dalam struktur diastropik adalah: pelengkupan, pelipatan, patahan, dan retakan.

a. Struktur Pelengkungan
  Lapisan batuan yang baru terbentuk cenderung mendatar. lapisan ini bila mendapat tekanan vertikal tidak merata akan membentuk struktur batuan yang melengkung. pelengkungan dapat mengarah ke atas yang di sebut kubah (dome) dan dapat pula mngearah ke bawah yang di sebut cekungan (basin)
  b. Struktur Lipatan
  Struktur Lipatan terbentuk apabila lapisan itu mnegalami tekanan lemah. akibat tekanan tersebut lapisan yang semula mendatar (horizontal) akan terlipat-lipat. bagian lipatan dis ebut antiklinal dan lembah lipatan disebut sinklinal.b bentuk lipatan dapat dibedakan menjadi lima macam, yakni sebagai berikut.
 
1. Fleksur yaitu suatu keadaan peralihan antara lekukan dengan putusnya lapisan batuan.
2. Lipatan tegak atau lerengnya simetris.
3. Lipatan Miring atau lereng-lerengnya tidak simetris.
4. Lipatan Terletak Atau lipatan yang satu menutupi lipatan yang lain.
  5. Lipatan menutup atau lipatan yang satu menutupi lipatan yang lain tetapi ukurannya lebih besar.
 
c. Struktur Patahan
  Terbentuk apabila tekanan cukup kuat sehingga tidak dapat dinetralisasi oleh sifat plastis batuan. berdasarkan arah gerakan batuan di sepanjang bidang patahan dikenal lima tipe-tipe patahan, yaitu sebagai berikut :
  1). Normal Fault : Adalah patahan yang arah gerak blok batuannya mengikuti arah gaya berat, yaitu ke bawah sepanjang bidang patahan.

2). Reversa Fault : Adalah Patahan yang arah gerak blok batuannya berlawanan dengan arah gerak normal fault, yaitu mengarah ke atas.

3). Strike-slip Fault : adalah patahan yang arah gerak blok batuannya mendatar sepanjang bidang patahan.

4). Obligue-Slip Fault : adalah Patahan yang arah gerak blok batuannya saling menjauhi dalam arah mendatar atau arah lain sehingga membentuk jurang yang lebar.

5). Rotational Fault : adalah patahan yang arah gerak blok batuannya memutar bidang patahan.

d. Struktur Retakan
  Struktur Retakan terbentuk karena gaya regangan yang menyebabkan batuan mejadi retak-retak. blok batuan masih tetap di tempatnya dan tidak mengalami pergeseran tempat.

GEJALa  VULKANISME
 
a. Pengertian Vulkanisme :
  Vulkanisme adalah suatu gejala alam sebagai akibat adanya aktivitas magma dari dalam bumi. magma adalah batuan cair pijar yang terdapat di dalam bumi.
  Bentuk Intrusi dan Ekstrusi Magma

Bentuk Intrusi Magma

Yang dimaksud dengan intrusi magma ialah masuknya magma ke dalam lapisan-lapisan batuan pembentuk kulit bumi (magma tidak sampai keluar).

a. Still (Retas)
Still (retas) di sebabkan oleh intrusi datar dari magma yang masuk di antara dua lapisan batuan sedimen dan kemudian magma tersebut membeku.

b. Lakolit
  Lakolit adalah bentukan yang disebabkan masuknya magma di antara dua lapisan batuan sedimen kemudian menekan ke atas sehingga mempunyai bentuk cembung ke atas tetapi datar di bawah.
 
c. Gang atau Korok
  Gang atau Korok di sebabkan masuknya magma di antara dua lapisan batuan sedimen kemudian menekan ke atas sehingga mempunyai bentuk cembung ke atas tetapi datar di bawah.
  d. Batholit
Batholit yaitu magma yang membeku jauh di dalam dapur magma bentuknya tidak beraturan.

Bentuk Ekstrusi magma (Bentuk Erupsi)
Ekstrusi magma adalah magma yang bisa menembus kulit bumi sampai keluar mencapai permukaan kulit bumi.

a). Erupsi Linier (Retakan),
  Erupsi linier terjadi akibat magma keluar melalui retakan yang memanjang pada kulit bumi sehingga membentuk deretan gunung api.
  b). Erupsi Areal
Erupsi areal terjadi bila letak magma sangat dekat ke permukaan bumi, sehingga magma membakar kulit bumi yang ada di atasnya, yakni yang dekat sekali ke permukaan kulit bumi, sehingga meleleh pada permukaan bumi tersebut.

c). Erupsi Sentral
Erupsi sentral terjadi bila magma keluar melalui sebuah lubang yang membentuk gunung-gunung api yang tersendiri letaknya.

Berdasarkan Proses Keluarnya Magma, Erupsi di Bedakan menjadi tiga Macam :
  Erupsi Eksplosif yaitu letusan yang menimbulkan ledakan akibat dari tekanan gas magma.
  Erupsi Efusif yaitu letusan gunung api yang menyebabkan keluarnya magma dalam bentuk aliran lava dari lubang kepundan.
  Erupsi Campuran adalah letusan yang terdiri dari kedua letusan di atas, terjadi secara selang-seling antara letusan eksplosif dan letusan efusif.
   

Jenis gunung berapi berdasarkan bentuknya
  Stratovolcano
  Tersusun dari batuan hasil letusan dengan tipe letusan berubah-ubah sehingga dapat menghasilkan susunan yang berlapis-lapis dari beberapa jenis batuan, sehingga membentuk suatu kerucut besar (raksasa), kadang-kadang bentuknya tidak beraturan, karena letusan terjadi sudah beberapa ratus kali. Gunung Merapi merupakan jenis ini.
  Perisai
  Tersusun dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan masih cair, sehingga tidak sempat membentuk suatu kerucut yang tinggi (curam), bentuknya akan berlereng landai, dan susunannya terdiri dari batuan yang bersifat basaltik. Contoh bentuk gunung berapi ini terdapat di kepulauan Hawai.
  Cinder Cone
  Merupakan gunung berapi yang abu dan pecahan kecil batuan vulkanik menyebar di sekeliling gunung. Sebagian besar gunung jenis ini membentuk mangkuk di puncaknya. Jarang yang tingginya di atas 500 meter dari tanah di sekitarnya.
  Kaldera
  Gunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang melempar ujung atas gunung sehingga membentuk cekungan. Gunung Bromo merupakan jenis ini.
  Klasifikasi gunung berapi di Indonesia
  Kalangan vulkanologi Indonesia mengelompokkan gunung berapi ke dalam tiga tipe berdasarkan catatan sejarah letusan/erupsinya.
                Gunung api Tipe A : tercatat pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu kali sesudah tahun 1600.
                Gunung api Tipe B : sesudah tahun 1600 belum tercatat lagi mengadakan erupsi magmatik namun masih memperlihatkan gejala kegiatan vulkanik seperti kegiatan solfatara.
                Gunung api Tipe C : sejarah erupsinya tidak diketahui dalam catatan manusia, namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola pada tingkah lemah.

Penyebab Terjadinya Gempa Bumi
  Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itu lah gempa bumi akan terjadi. Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km. Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa gempa bumi (jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena injeksi atau ekstraksi cairan dari/ke dalam bumi (contoh. pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi.

Dampak gempa bumi
  Goncangan gempa bisa sangat hebat dan dampak yang ditimbulkannya juga tidak kalah dahsyat. Gempa merupakan salah satu fenomena alam yang menimbulkan bencana. Dilihat dari efek atau akibat yang ditimbulkan, kejadian-kejadian yang mungkin terjadi mengiringi peristiwa gempa bumi sebagai berikut.
  - Gelombang tsunami
Salah satu akibat dari
gempa bumi adalah munculnya gelombang tsunami jika sumber gempa di bawah laut. Gelombang tsunami tersebut muncul jika di pusat gempa terjadi patahan lempeng bumi turun sehingga air laut surut sementara. Akan tetapi tidak lama kemudian gelombang sangat tinggi dan berkecepatan luar biasa menerjang pantai dan masuk jauh ke daratan. Selanjutnya gelombang ini merusak apa saja yang dilaluinya.
  Sebelum tsunami muncul, biasanya muncul tanda-tanda seperti terjadi gerakan tanah, getaran kuat, muncul cairan hitam atau putih dari arah laut, biasanya juga terdengar bunyi keras, tercium bau garam menyengat dan air laut terasa dingin.
  - Kerusakan bangunan
Gempa merupakan suatu pergerakan permukaan bumi disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik yang terdapat di bawah permukaan bumi. Dengan
bergoyangnya permukaan bumi, maka bangunan-bangunan seperti gedung sekolah, pusat pertokoan, perkantoran, maupun rumah-rumah penduduk dapat hancur atau paling tidak retak.
  - Mengubah topografi atau bentuk muka bumi
Dari hasil penelitian Walhi (Wahana Lingkungan Hidup) Yogyakarta diketahui bahwa terjadi perubahan topografi tanah di sekitar Yogyakarta akibat gempa bumi tanggal 27 Mei 2006 yang lalu. Gempa bumi tersebut memicu longsoran tanah dan mengakibatkan perubahan struktur tanah di daerah-daerah berlereng curam akibat guncangan gempa. Struktur tanah seperti ini berbutir kasar dan dalam kondisi kering akan merapat. Akibat pengaruh gempa, tegangan pori udara dalam lapisan tanah pasir meningkat, dan tegangan efektif tanah menurun hingga mencapai nilai terendah. Dengan demikian tanah kehilangan kekuatan sehingga mengakibatkan runtuhnya lapisan di atas pembentuk lereng dan memicu terjadi tanah longsor.
  - Menyebabkan keretakan permukaan bumi
Selain tsunami dan hancurnya infrastruktur, gempa bumi juga mengakibatkan keretakan permukaan tanah. Keretakan ini disebabkan permukaan tanah ikut bergerak ketika lempeng tektonik di bawahnya saling berbenturan.
  - Menyebabkan perubahan tata air tanah
Pada dasarnya sebelum terjadi gempa tata air tanah bersifat terbuka, tidak bertekanan, berlapis-lapis sesuai dengan struktur batuan dan tanah sehingga ada mata air kecil, relatif besar, dan sudah terbentuk kantong-kantong air di bawah tanah. Kantong-kantong air tersebut secara rutin terisi oleh saluran primer, sekunder, dan tersier berdasarkan struktur dan kestabilan tanah yang telah terbentuk sebelumnya. Ketika terjadi gempa bumi lapisan dalam kantong-kantong air ini patah sehingga terjadi kebocoran, lapisan tanah terkoyak, dan bergeser. Oleh karena itu wajar jika setelah gempa tiba-tiba ada mata air yang mati, sumur kering, atau muncul mata air baru di tempat lain. Hilangnya mata air atau munculnya mata air baru di tempat lain akibat patahan dan pergeseran kantong-kantong air ini menunjukkan adanya perubahan tata air setelah guncangan gempa.
  - Mengakibatkan trauma psikis atau mental
Ternyata bencana gempa, gunung meletus, dan tsunami tidak hanya mengakibatkan kerusakan fisik atau bangunan, harta benda, dan jiwa manusia, tetapi juga kondisi kejiwaan bagi para korban. Akibat bencana tersebut, sebagian besar korban dapat mengalami penderitaan biopsikososial yaitu gangguan akan kewaspadaan den kepekaan yang berlebihan terhadap sekadar perubahan suara, perubahan keadaan, dan aneka perubahan kecil lain yang sebenarnya wajar terjadi di tengah kehidupan sehari-hari.























Jenis-jenis Batuan       Serta Pembentukannya
   Setiap jenis batuan mempunyai sifat yang berbeda. Sifat batuan tersebut meliputi    bentuk, warna, kekerasan, kasar atau halus, dan mengilap atau tidaknya permukaan batuan. Setiap batuan memiliki sifat dan ciri khusus. Hal ini disebabkan bahan-bahan yaAda batuan yang mengandung zat besi, nikel, tembaga, emas, belerang, platina, atau bahan-bahan lain. Bahan-bahan seperti itu disebut mineral. Tiap jenis batuan mempunyai kandungan mineral yang berbeda.
   terkandung dalam batuan berbeda-beda. Berdasarkan proses terbentuknya, terdapat tiga jenis batuan yang menyusun lapisan kerak bumi. Tiga jenis batuan tersebut yaitu batuan beku (batuan magma atau vulkanik), batuan endapan (batuan sedimen), dan batuan malihan (batuan metamorf). a. Batuan Beku (Batuan Magma/Vulkanik)
      Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang membeku. Magma merupakan benda cair yang sangat panas dan terdapat di perut bumi. Magma yang mencapai permukaan bumi disebut lava. Semula batuan beku berupa lelehan magma yang besar1. Batuan Beku (Batuan Magma/Vulkanik)
     Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang membeku. Magma merupakan benda cair yang sangat panas dan terdapat di perut bumi. Magma yang mencapai permukaan bumi disebut lava. Semula batuan beku berupa lelehan magma yang besar
2. Batu granit
    Tersusun atas butiran yang kasar. Ada yang berwarna putih dan ada yang berwarna keabu-abuan. Dimanfaatkan untuk bahan bangunan.
    Berasal dari magma yang membeku di dalam kerak bumi. Proses pembekuan ini berlangsung secara perlahan. Jadi, batu ini termasuk batuan beku dalam.
3. Batu basal
    Disebut juga batu lava. Berwarna hijau keabu-abuan dan terdiri dari butiran yang sangat kecil. Dimanfaatkan untuk bahan bangunan.
    Berasal dari magma yang membeku di bawah lapisan kerak bumi, tercampur dengan gas sehingga beronggarongga kecil. 4. Batu andesit
    Berwarna putih keabu-abuan dan butirannya kecil seperti pada batu basal. Dimanfaatkan untuk membuat arca dan bangunan candi.
    Berasal dari magma yang membeku sangat cepat di bawah kerak bumi.
5. Batu apung
    Berwarna cokelat bercampur abu-abu muda dan beronggarongga. Digunakan untuk mengampelas kayu dan sebagai bahan penggosok.
    Berasal dari magma yang membeku di permukaan bumi



b. Batuan Endapan (Batuan Sedimen)
   Batuan endapan adalah batuan yang terbentuk dari endapan hasil pelapukan batuan. Batuan ini dapat pula terbentuk dari batuan yang terkikis atau dari endapan sisa-sisa binatang dan tumbuhan. 1. Batu konglomerat
    Terdiri atas kerikil-kerikil yang permukaannya tumpul. Batuan ini banyak digunakan sebagai bahan bangunan.
    Berasal dari endapan hasil pelapukan batuan beku.
2. Batu breksi
    Terdiri atas kerikil-kerikil yang permukaannya tajam. Batuan ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
    Berasal dari endapan hasil pelapukan batuan beku.
3. Batu pasir
    Terdiri atas butiran-butiran pasir, berwarna abu-abu, merah, kuning, atau putih. Batuan ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
    Berasal dari endapan hasil pelapukan batuan beku yang butirannya kecil-kecil. 4. Batu serpih
    Terdiri dari butiran-butiran batu lempung atau tanah liat,
berwarna abu-abu kehijauan,
merah, atau kuning. Dimanfaatkan sebagai bahan bangunan
    Berasal dari endapan hasil pelapukan batuan tanah liat
5. Batu kapur
    Terdiri dari butiran-butiran kapur halus, berwarna putih agak keabu-abuan, sebagai bahan campuran pembuat semen.
    Beraral dari endac. Batuan Malihan (Metamorf)
    Batuan malihan (metamorf) berasal dari batuan sedimen yang mengalami perubahan (metamorfosis). Batuan sedimen ini mengalami perubahan karena mendapat panas dan tekanan dari dalam Bumi. Jika mendapat panas terusmenerus, batuan ini akan berubah menjadi batuan malihan.
pan hasil pelapukan tulang dan cangkang hewan-hewan lautc. Batuan Malihan (Metamorf)
    Batuan malihan (metamorf) berasal dari batuan sedimen yang mengalami perubahan (metamorfosis). Batuan sedimen ini mengalami perubahan karena mendapat panas dan tekanan dari dalam Bumi. Jika mendapat panas terusmenerus, batuan ini akan berubah menjadi batuan malihan.
1. Batu genes (gneiss)
    Berwarna putih keabu-abuan
dan keras. Batu genes dimanfaatkan untuk membuat barang kerajinan seperti asbak, jambangan bunga, dan patung.
    Berasal dari batuan pluto granit yang mengalami metamorfosis karena panas dan tekanan.
2. Batu marmer
    Berwarna putih dan ada yang
hitam, keras, dan permukaannya halus. Marmer biasa digunakan untuk membuat meja, papan
nama, batu nisan, dan pelapis dinding bangunan atau lanta
i
  Berasal dari batuan kapur yang mengalami metamorfosis
karena panas dan tekanan.
3. Batu sabak
    Berwarna abu-abu tua, mudah terbelah tipis-tipis, dan permukaannya kasar. Sebelum ada kertas, batu sabak dimanfaatkan sebagai papan untuk menulis.
    Berasal dari batuan serpih
yang mengalami metamorfosis

4.Proses terjadinya pelapukan
  Proses pelapukan batuan terjadi akibat tiga mekanisme, yaitu:
  (1) proses pelapukan fisik,
  (2) proses pelapukan kimia, dan
  (3) proses pelapukan biologi.
  Ketiga proses ini saling terintegrasi satu sama lain sehingga mempercepat proses pelapukan batuan. Proses pelapukan fisik merupakan proses mekanik yang menyebabkan bebatuan masif pecah dan hancur serta terfragmentasi menjadi partikel-partikel kecil tanpa ada perubahan sifat kimia. Proses ini terjadi akibat dari:
  (1) perubahan suhu yang drastis seperti sangat dingin atau sangat panas,
  (2) hantaman air hujan,
  (3) penetrasi akar, dan
  (4) aktivitas makhluk hidup lainnya.
  Perbedaan kecepatan proses pelapukan fisik dipengaruhi:
  (1) tingkat kontraksi dan ekspansi dari komponen penyusun batuan, sehingga memicu proses pecah dan hancurnya bebatuan,
  (2) tingkat kekasaran permukaan bebatuan, makin kasar permukaan bebatuan akan mengalami proses pelapukan yang lebih cepat, dan
  (3) warna gelap dan terangnya bebatuan, makin gelap warna bebatuan akan memiliki daya menyerap cahaya yang lebih banyak dan mempercepat proses pemuaian atau kontraksi dan ekspansi, sehingga mempercepat proses pelapukan.
  Proses pelapukan kimia merupakan proses pelapukan yang diikuti terjadinya perubahan sifat kimia. Beberapa proses kimia dari pelapukan adalah:
  (1) pelarutan atau solubilitas,
  (2) hidrasi atau proses pengikatan molekul air, sehingga volume meningkat dan kekuatan melemah serta menjadi mudah mengalami proses pelapukan,
  (3) hidrolisis atau proses pergantian kation-kation dengan ion hidrogen dan saat terjadi ionisasi menyebabkan kondisi melemah, sehingga mudah mengalami proses pelapukan,
  (4) oksidasi atau terjadinya penambahan muatan positif, seoperti perubahan besi dalam batuan dari bentuk ferro menjadi bentuk ferri dan ukurannya bertambah, sehingga mudah mengalami proses pelapukan, dan
  (5) reduksi atau peristiwa penurunan muatan positif,
  (6) karbonatasi atau proses yang menyebabkan bereaksinya asam karbonat dengan basa-basa membentuk basa karbonat, dan
  (7) asidifikasi atau proses pengasaman bebatuan, sehingga mempercepat proses pelapukan, seperti: pengasaman akibat asam nitrat yang terkandung dalam air hujan, dan pengasaman akibat asam sulfat hasil dekomposisi protein, kedua asam ini mempercepat proses pelapukan.
  Proses pelapukan biologi dapat diakibatkan oleh aktivitas kehidupan:
  (1) mikroorganisme tanah,
  (2) akar tumbuhan, dan
  (3) hewan.


EROSI, DAMPAK, DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA
  Pendahuluan
  Erosi adalah terangkatnya lapisan tanah atau sedimen karena stres yang yang ditimbulkan oleh gerakan angin atau air pada permukaan tanah atau dasar perairan. Erosi yang terjadi dipengaruhi oleh faktor alam secara alami maupun oleh adanya tindakan dari manusia yang berusaha untuk mengolah tanah dan lingkungan demi kepentingannya (Ahmad Basyar dkk,2006:2).
  Berkaitan dengan hal ini, terdapat istilah erosi yang normal dan erosi yang dipercepat.
  1. Erosi Normal (normal erosion) adalah erosi yang terjadi secara alami bergantung pada faktor-faktor geologi yang mempengaruhinya. Erosi ini berlangsung secara normal dilapangan tanpa adanya campur tangan manusia. Keberlangsungan erosi ini melalui tiga tahap yaitu:
  Pertama, agregat-agregat tanah mengalami pemecahan sehingga terbentuklah butiran-butiran tanah yang relatif kecil dibanding sebelumnya.
  Kedua, terjadi pemindahan partikel tanah yang lebih kecil tadi melalui penghanyutan dan atau karena kekuatan angin.
  Ketiga, setelah hanyut terbawa air atau angin maka partikel tanah tersebut diendapkan pada tempat yang lebih rendah ataupun didasar sungai.
  Erosi normal biasanya tidak banyak membawa dampak buruk bagi kehidupan manusia juga bagi keseimbangan alam. Biasanya terjadinya dalam intensitas kecil saja, karena partikel yang terangkut seimbang dengan banyaknya jumlah tanah yang terbentuk pada daerah yang lebih rendah itu.
   
2. Erosi Dipercepat (accelerated erosion)
Didalam proses erosi ini dipengaruhi oleh kegiatan manusia yang melakukan tindakan terhadap kondisi tanah. Tindakan tersebut bersifat negatif atau telah melakukan kesalahan dalam pengelolaan tanah dan lahan pertaniannya. Oleh karena itu manusia dalam hal ini berperan membantu terjadinya erosi dipercepat. Biasanya erosi ini menimbulkan ketidakseimbangan antara tanah yang terangkut ke daerah yang rendah dengan pembentukan tanah. Tanah yang terpindahkan jauh lebih besar jumlahnya daripada tanah yang baru terbentuk, sehingga akan membawa malapetaka yang karena memang lingkungannya telah mengalami kerusakan-kerusakan, menimbulkan kerugian besar seperti banjir, longsor, kekeringan, ataupun turunnya produktifitas tanah. Untuk itu perlu adanya penanggulangan dari kita sendiri maupun dari pemerintah dengan cara penanaman pohon pelindung dalam upaya reboisasi, sehingga selanjutnya tinggal lapisan bawah tanah (sub soil) yang belum matang itu.

Pada lingkungan DAS, laju erosi dikendalikan oleh kecepatan aliran air dan sifat sedimen (terutama ukuran butirnya). Stres yang bekerja pada permukaan tanah atau dasar perairan sebanding dengan kecepatan aliran. Resistensi tanah atau sedimen untuk bergerak sebanding dengan ukuran butirnya. Gaya pembangkit eksternal yang menimbulkan erosi adalah curah hujan dan aliran air pada lereng DAS. Curah hujan yang tinggi dan lereng DAS yang miring merupakan faktor utama yang membangkitkan erosi. Pertahanan DAS terhadap erosi tergantung utamanya pada tutupan lahan. Penguatan pertahanan terhadap erosi dapat pula dilakukan dengan upaya-upaya kerekayasaan.

Erosi yang terjadi pada setiap wilayah akan berbeda beda tergantung dari kondisi iklim dan faktor lain yang akan dijelaskan pada bahasan selanjutnya. Indonesia tergolong daerah yang beriklim tropis lembab, sehingga erosi yang terjadi disebabkan karena penghanyutan oleh air. Ini berdasarkan data rata-rata curah hujan di Indonesia yang melebihi 1500mm/tahun. Sedangkan pada daerah yang beriklim tropis kering agen utama yang mempengaruhi erosi adalah angin. Untuk Indonesia sendiri, akibat dari erosi banyak terjadi diberbagai daerah dengan macam-macam bentuknya.
  Faktor Faktor Penyebab Erosi
  Setiap permasalahan sudah tentu memiliki penyebab, begitu pula dengan erosi. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya erosi diantaranya adalah:

1. Iklim
Iklim dapat mempengaruhi erosi oleh karena menentukan indeks erosifitas hujan. Selain itu, komponen iklim yaitu curah hujan dapat mempengaruhi laju erosifitas secara terus menerus sesuai intensitas hujan yang terjadi.

2. Tanah
Sedang tanah dengan sifat-sifatnya itu dapat menentukan besar kecilnya laju pengikisan (erosi) dan dinyatakan sebagai faktor erodibilitas tanah (kepekaan tanah terhadap erosi atau ketahanan tanah terhadap adanya erosi).

3. Topografi
Kemampuan tanah terbawa air erosi dipengaruhi oleh topografi suatu wilayah. Kondisi wilayah yang dapat menghanyutkan tanah sebagai sedimen erosi secara cepat adalah wilayah yang memiliki kemiringan lereng yang cukup besar. Sedangkan pada wilayah yang landai akan kurang intensif laju erosifitasnya, karena lebih cenderung untuk terjadi penggenangan.

4. Tanaman Penutup Tanah
Tanaman penutup tanah (vegetasi) berperan untuk menjaga agar tanah lebih aman dari percikan-percikan yang terjadi akibat jatuhnya air hujan ke permukaan tanah. Selain melindungi dari timpaan titik-titik hujan, vegetasi juga berfungsi untuk memperbaiki susunan tanah dengan bantuan akar-akar yang menyebar.

5. Manusia
Manusia dapat berperan sebagai penyebab cepatnya laju erosi maupun menekan laju erosi. Dalam proses mempercepat erosi, manusia banyak melakukan kesalahan dalam pengelolaan lingkungan, seperti penambangan, eksploitasi hutan, pengerukan tanah, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam penanggulangan laju erosi, manusia dapat melakukan evaluasi konservasi lahan dengan cara reboisasi, pembuatan terasering pada areal pertanian,dan lain-lain.
   
Pengaruh Yang Ditimbulkan Oleh Erosi
  Dampak erosi dibagi menjadi dampak ditempat asal terjadinya erosi (on site) dan dampak pada daerah diluarnya (off site).
Dampak erosi tanah di tapak (on-site) merupakan dampak yang dapat terlihat langsung kepada pengelola lahan yaitu berupa penurunan produktifitas. Hal ini berdampak pada kehilangan produksi peningkatan penggunaan pupuk dan kehilangan lapisan olah tanah yang akhirnya menimbulkan terjadinya tanah kritis.
Pengaruh erosi pada kesuburan fisik tanah diantaranya adalah terjadinya penghanyutan partikel-partikel tanah, perubahan struktur tanah, penurunan kapasitas infiltrasi dan penampungan, serta perubahan profil tanah. Sedangkan pengaruh pada kesuburan kimia tanah menurut Goeswono Soepardi dalam bukunya
Sifat dan Ciri Tanah adalah kehilangan unsur hara karena erosi selama rata-rata 2 tahun yang diperoleh dari percobaan di Missouri yaitu N 66 kg per hektar, kemudian P2O5 41 kg per hektar,K2O 729 kg per hektar, MgO 145 per kg per hektar,dan SO4 sebanyak 42 kg per hektar per tahun.
Tanah yang dikatakan rusak kalau lapisan bagian atasnya atau top soil (ketebalan 15 - 35 cm) memang telah banyak terkikis dan atau dihanyutkan oleh arus air hujan, sehingga lapisan tersebut menjadi tipis atau bahkan hilang (A.G Kartasapoetra,1986:45).

Sementara itu, Jung L sekitar tahun 1953 telah melakukan penelitian yang telah membuktikan adanya penghanyutan bahan organik yang diakibatkan erosi, seperti halnya pada table berikut:
Bagian lereng P2O5
(mg/100g tanah) K2O
(mg/100g tanah) Humus (%)
puncak 10,0 14,3 1,69
tengah 4,7 9,8 1,58
bawah 7,2 16,8 1,71
Sumber: Jung L (1953)

Dampak erosi tanah diluar lahan pertanian (off-site) merupakan dampak sangt besar pengaruhnya. Sedimen hasil erosi tanah dan kontaminan yang terbawa bersama sedimen menimbulkan kerugian dan biaya yang sangat besar dalam kehidupan. Arsyad (1989) mengemukakan bentuk dampak off-site antara lain:
  Pelumpuran dan pendangkalan waduk
  Tertimbunnya lahan pertanian dan bangunan
  Memburuknya kualitas air, dan
  Kerugian ekosistem perairan











5.Dampak positif dan negatif tenaga endogen dan eksogen
  A). Dampak positif tenaga endogen:
  Letak mineral dekat dengan permukaan tanah
  Relief bentukan tenaga endogen dapat dijadikan daerah tujuan wisata
  Terbentuk gunung yang tinggi yang dapat mendatangkan hujan orografis
  Terbentuk tanah tinggi yang luas sebagi areal pertanian agrobisnis
  B). Dampak negatif tenaga endogen:
  Pergerakan lempeng kerak bumi menimbulkan bencana
  Terjadi gerak naik dan turun daratan yang menyebabkan kerusakan bangunan, jalan, rumah, maupun jembatan.
  C). Dampak positif tenaga eksogen:
  Pelapukan di daerah kapur, dapat membentuk gua-gua yang mempunyai stalagtit dan stalagmit, yang dapt menjadi daerah tujuan wisata.
  Relief muka bumi bentukan tenaga eksogen baik di pantai maupun di daratan merupakan daerak pariwisata.
  D). Dampak negatif tenaga eksogen:
  Terjadi kerusakan areal pertanian, pemukiman, jalan, akibat dari adanya banjir dan erosi.
  Kekuatan angin dapat menimbulkan bencana di daerah pemukiman penduduk.

 1. Bentuk-bentuk Muka Bumi
  Pada dasarnya bentuk-bentuk muka bumi dibagi menjadi 2 (dua), yakni bentuk muka bumi pada wilayah daratan dan bentuk muka bumi pada wilayah lautan. Masing-masing bentuk muka bumi baik di daratan maupun di lautan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Lalu apa saja bentuk muka bumi di wilayah daratan dan lautan tersebut. Berikut akan dijelaskan lebih rinci bentuk-bentuk muka bumi di kedua wilayah tersebut.
  1.            Di daratan
  Bentuk muka bumi di wilayah daratan berada di permukaan bumi yang tidak tertutupi air. Bentuk muka bumi di daratan ini terbagi menjadi 3 (tiga), yakni: dataran rendah, dataran tinggi, gunung, dan pegunungan.
  Dataran rendah. Merupakan suatu bentang alam tanpa banyak memiliki perbedaan ketinggian antara satu tempat dengan tempat yang lain. Dataran ini mempunyai ketinggian mencapai 200 m di atas permukaan air laut. Contoh dari dataran rendah, yakni dataran aluvial (contoh dataran aluvial di Sumatra Bagian Timur).
  •             Dataran tinggi. Merupakan dataran yang luas yang letaknya di daerah tinggi atau pegunungan. Dataran tinggi terbentuk sebagai akibat hasil erosi dan sedimentasi. Dataran ini juga dinamakan plato, contoh dataran tinggi gayo, dataran tinggi dieng.
  •             Gunung. Merupakan bentuk muka bumi yang berbentuk kerucut atau kubah berdiri sendiri. Pada beberapa gunung ditemukan juga yang bersambung dengan gunung lainnya, namun bentuk terpisahnya masih jelas. Umumnya gunung merupakan gunung berapi, contoh gunung bromo, gunung semeru, dan gunung merapi
                  Pegunungan. Bentuk muka bumi ini berbeda dengan gunung, tetapi juga memiliki persamaan yakni letaknya sama-sama tinggi. Perbedaannya adalah kalo pegunungan merupakan suatu jalur memanjang yang berhubungan antara puncak yang satu dengan puncak yang lainnya. Pegunungan biasanya relatif luas. Pegunungan dapat dibedakan menjadi pegunungan tua dan muda. Pegunungan tua merupakan pegunungan yang relatif rendah dengan puncaknya yang relatif tumpul dan lerengnya landai (contoh pegunungan skandinavia dan australia timur), sedangkan pegunungan muda pada umumnya tinggi denga puncaknya yang runcing dan lerengnya relatif curam. Contoh dari pegunungan di Indonesia adalah pegunungan bukit barisan.
  2.            Di lautan
  Bentuk muka bumi di wilayah lautan merupakan daerah yang tergenang oleh air laut dan letaknya di dasar laut. Contoh relief dasar laut, yakni:
  •             Palung laut (trough) merupakan daerah ingresi di laut yang bentuknya memanjang. Contoh palung sunda (7450 meter)
  •             Lubuk laut (basin) terjadi akibat tenaga tektonik merupakan laut ingresi dan bentuknya bulat. Contoh lubuk sulawesi, lubuk banda
  •             Gunung laut adalah gunung yang kakinya ada di dasar laut dan puncaknya menjulang ke atas permukaan air laut. Contoh gunung krakatau.
  •             Punggung laut merupakan satuan atau deretan bukit di dalam laut. Contoh punggung laut Sibolga.
  •             Ambang laut adalah punggung laut yang memisahkan dua bagian laut atau dua laut dalam contoh ambang laut sulu, ambang laut sulawesi.
  Secara umum dasar laut terdiri atas empat bagian. Pembagian ini dimulai dari bagian daratan menuju ke tengah laut, adalah sebagai berikut:
  1. Landasan Benua (Continental Shelf)
  Continental shelf (landasan benua) adalah dasar laut yang berbatasan dengan benua. Di dasar laut ini sering ditemukan juga lembah yang menyerupai sungai. Lembah beberapa sungai yang terdapat di Continental Shelf ini merupakan bukti bahwa dulunya continental shelf meupakan bagian daratan yang kemudian tenggelam.
  2. Lereng Benua (Continental Slope)
  Continental slope (lereng benua) biasanya terdapat di pinggir continental shelf. Daerah continental slope bisa mencapai kedalaman 1500 m dengan sudut kemiringan biasanya tidak lebih dari 5 derajat.
  3. Deep Sea Plain
  Deep sea plain meliputi dua pertiga seluruh dasar laut dan terletak pada kedalaman lebih dari 1.500 m, biasanya relief di daerah ini bervariasi, mulai dari yang rata sampai pada puncak vulkanik yang menyembul di atas permukaan laut sebagai pulau yang terisolasi.
  4. The Deeps
  The deeps merupakan kebalikan dari deep sea plain. Hanya sebagian kecil dasar lautan sebagai the deeps. The deeps permukaan laut adalah dasar laut dengan ciri adanya palung laut (trog) dan mencapai kedalaman yang besar, misalnya di Samudera Pasifik mencapai kedalaman 75.000 m.




2.  Tenaga Yang Mengubah Bentuk Muka Bumi
  Permukaan bumi selalu dan akan selalu mengalami perubahan sebagai akibat gomorfologi. Proses ini dapat berupa proses endogen (dari dalam bumi), proses eksogen ( dari luar bumi), maupun ekstraterestrial (angkasa, contoh meteor jatuh). Antara proses endogen dan eksogen saling berhubungan dimana apabila proses endogen terjadi (misal gunung meletus) maka proses eksogen akan menyertainya.
  Berikut ini akan dijelaskan lebih detail mengenai proses-proses yang bertugas mengubah bentuk muka bumi. Ketiga proses tersebut adalah sebagai berikut:
  1.            Tenaga Endogen
  Merupakan tenaga dari dalam bumi yang membentuk konfigurasi permukaan bumi. Tenaga endogen ini sifatnya membentuk permukaan bumi menjadi tidak rata. Tenaga Endogen sering menekan di sekitar lapisan-lapisan batuan pembentuk kulit bumi (litosfer). Mungkin saja di suatu daerah dulunya permukaan bumi rata (datar) tetapi akibat tenaga endogen ini berubah menjadi gunung, bukit atau pegunungan. Pada bagian lain permukaan bumi turun menjadikan adanya lembah atau jurang. Tenaga ini dapat berupa tektonisme (diastropisme), volkanisme, dan gempa.
  Tektonisme (diastropisme) terdiri atas tenaga epirogenesa dan tenaga orogenesa. Tenaga epirogenesa merupakan proses pengangkatan (negative) atau penurunan (positive) letak bumi dalam wilayah luas dengan kecepatan relatif lambat. Contoh akibat dari tenaga epirogenesa positif adalah turunnya pulau-pulau di Indonesia Timur, dan akibat dari tenaga epirogenesa negatif adalah pengangkatan benua Asia. Sedangkan tenaga orogenesa merupakan pengangkatan pada daerah relatif sempit dalam waktu relatif singkat. Contoh dari tenaga ini adalah terbentuknya pegunungan lipatan di zone utara jawa timur (pegunungan kendeng). Tenaga ini biasa disebut sebagai tenaga pembentuk pegunungan.
  Volkanisme adalah proses keluarnya magma ke permukaan bumi, baik melalui pipa kepundan maupun celah-celah batuan. Konfigurasi permukaan bumi yang dihasilkan oleh proses ini berupa bentuk lahan asal volkanik. Gejala vulkanisme berhubungan dengan aktivtas keluarnya magma di gunungapi. Proses keluarnya magma ke permukaan bumi disebut erupsi gunung api. Proses vulkanisme terjadi karena adanya magma yang keluar dari zona tumbukan antar lempeng.
  Tanda-tanda akan terjadi letusan gunung api adalah sebagai berikut:
  •             Kenaikan suhu udara disekitar gunung secara drastis.
  •             Sering terjadi gempa sebagai aktivitas gunung api.
  •             Bau belerang lebih menyengat dari biasanya.
  •             Tumbuhan disekitar gunung pada layu.
  •             Munculnya uap air panas.
  •             Karbon dioksida muncul lebih berlebihan.
  Gempa bumi adalah proses pergeseran permukaan bumi, baik disebabkan oleh tektonisme, volkanisme maupun terban (tanah runtuh). Gempa bumi ini kurang berperan dalam membentuk konfigurasi permukaan bumi dibandingkan kedua tenaga sebelumnya.
  Berdasarkan peristiwa yang menimbulkannya, gempa dibedakan menjadi 3 (tiga), yakni: gempa tektonik, gempa volkanik, dan gempa runtuhan. Gempa volkanik disebabkan oleh aktivitas gunung api, gempa tektonik disebabkan akibat gerakan tektonik yakni patahan dan retakan, sedangkan gempa runtuhan disebabkan oleh akibat runtuhan atap gua (sering terjadi pada gua-gua di daerah berkapur). Dari ketiga macam gempa ini yang terkuat adalah gempa yang diakibatkan oleh proses tektonik dan volkanik.





















 
Terjadinya bentuk muka bumi dipengaruhi oleh adanya gerakan-gerakan kerak bumi. perubahan bentuk yang mengahsilkan pola baru yang disebut struktur diastropik. yang termasuk dalam struktur diastropik adalah: pelengkupan, pelipatan, patahan, dan retakan.

a. Struktur Pelengkungan
  Lapisan batuan yang baru terbentuk cenderung mendatar. lapisan ini bila mendapat tekanan vertikal tidak merata akan membentuk struktur batuan yang melengkung. pelengkungan dapat mengarah ke atas yang di sebut kubah (dome) dan dapat pula mngearah ke bawah yang di sebut cekungan (basin)
  b. Struktur Lipatan
  Struktur Lipatan terbentuk apabila lapisan itu mnegalami tekanan lemah. akibat tekanan tersebut lapisan yang semula mendatar (horizontal) akan terlipat-lipat. bagian lipatan dis ebut antiklinal dan lembah lipatan disebut sinklinal.b bentuk lipatan dapat dibedakan menjadi lima macam, yakni sebagai berikut.
 
1. Fleksur yaitu suatu keadaan peralihan antara lekukan dengan putusnya lapisan batuan.
2. Lipatan tegak atau lerengnya simetris.
3. Lipatan Miring atau lereng-lerengnya tidak simetris.
4. Lipatan Terletak Atau lipatan yang satu menutupi lipatan yang lain.
  5. Lipatan menutup atau lipatan yang satu menutupi lipatan yang lain tetapi ukurannya lebih besar.
 
c. Struktur Patahan
  Terbentuk apabila tekanan cukup kuat sehingga tidak dapat dinetralisasi oleh sifat plastis batuan. berdasarkan arah gerakan batuan di sepanjang bidang patahan dikenal lima tipe-tipe patahan, yaitu sebagai berikut :
  1). Normal Fault : Adalah patahan yang arah gerak blok batuannya mengikuti arah gaya berat, yaitu ke bawah sepanjang bidang patahan.

2). Reversa Fault : Adalah Patahan yang arah gerak blok batuannya berlawanan dengan arah gerak normal fault, yaitu mengarah ke atas.

3). Strike-slip Fault : adalah patahan yang arah gerak blok batuannya mendatar sepanjang bidang patahan.

4). Obligue-Slip Fault : adalah Patahan yang arah gerak blok batuannya saling menjauhi dalam arah mendatar atau arah lain sehingga membentuk jurang yang lebar.

5). Rotational Fault : adalah patahan yang arah gerak blok batuannya memutar bidang patahan.

d. Struktur Retakan
  Struktur Retakan terbentuk karena gaya regangan yang menyebabkan batuan mejadi retak-retak. blok batuan masih tetap di tempatnya dan tidak mengalami pergeseran tempat.

GEJALa  VULKANISME
 
a. Pengertian Vulkanisme :
  Vulkanisme adalah suatu gejala alam sebagai akibat adanya aktivitas magma dari dalam bumi. magma adalah batuan cair pijar yang terdapat di dalam bumi.
  Bentuk Intrusi dan Ekstrusi Magma

Bentuk Intrusi Magma

Yang dimaksud dengan intrusi magma ialah masuknya magma ke dalam lapisan-lapisan batuan pembentuk kulit bumi (magma tidak sampai keluar).

a. Still (Retas)
Still (retas) di sebabkan oleh intrusi datar dari magma yang masuk di antara dua lapisan batuan sedimen dan kemudian magma tersebut membeku.

b. Lakolit
  Lakolit adalah bentukan yang disebabkan masuknya magma di antara dua lapisan batuan sedimen kemudian menekan ke atas sehingga mempunyai bentuk cembung ke atas tetapi datar di bawah.
 
c. Gang atau Korok
  Gang atau Korok di sebabkan masuknya magma di antara dua lapisan batuan sedimen kemudian menekan ke atas sehingga mempunyai bentuk cembung ke atas tetapi datar di bawah.
  d. Batholit
Batholit yaitu magma yang membeku jauh di dalam dapur magma bentuknya tidak beraturan.

Bentuk Ekstrusi magma (Bentuk Erupsi)
Ekstrusi magma adalah magma yang bisa menembus kulit bumi sampai keluar mencapai permukaan kulit bumi.

a). Erupsi Linier (Retakan),
  Erupsi linier terjadi akibat magma keluar melalui retakan yang memanjang pada kulit bumi sehingga membentuk deretan gunung api.
  b). Erupsi Areal
Erupsi areal terjadi bila letak magma sangat dekat ke permukaan bumi, sehingga magma membakar kulit bumi yang ada di atasnya, yakni yang dekat sekali ke permukaan kulit bumi, sehingga meleleh pada permukaan bumi tersebut.

c). Erupsi Sentral
Erupsi sentral terjadi bila magma keluar melalui sebuah lubang yang membentuk gunung-gunung api yang tersendiri letaknya.

Berdasarkan Proses Keluarnya Magma, Erupsi di Bedakan menjadi tiga Macam :
  Erupsi Eksplosif yaitu letusan yang menimbulkan ledakan akibat dari tekanan gas magma.
  Erupsi Efusif yaitu letusan gunung api yang menyebabkan keluarnya magma dalam bentuk aliran lava dari lubang kepundan.
  Erupsi Campuran adalah letusan yang terdiri dari kedua letusan di atas, terjadi secara selang-seling antara letusan eksplosif dan letusan efusif.
   

Jenis gunung berapi berdasarkan bentuknya
  Stratovolcano
  Tersusun dari batuan hasil letusan dengan tipe letusan berubah-ubah sehingga dapat menghasilkan susunan yang berlapis-lapis dari beberapa jenis batuan, sehingga membentuk suatu kerucut besar (raksasa), kadang-kadang bentuknya tidak beraturan, karena letusan terjadi sudah beberapa ratus kali. Gunung Merapi merupakan jenis ini.
  Perisai
  Tersusun dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan masih cair, sehingga tidak sempat membentuk suatu kerucut yang tinggi (curam), bentuknya akan berlereng landai, dan susunannya terdiri dari batuan yang bersifat basaltik. Contoh bentuk gunung berapi ini terdapat di kepulauan Hawai.
  Cinder Cone
  Merupakan gunung berapi yang abu dan pecahan kecil batuan vulkanik menyebar di sekeliling gunung. Sebagian besar gunung jenis ini membentuk mangkuk di puncaknya. Jarang yang tingginya di atas 500 meter dari tanah di sekitarnya.
  Kaldera
  Gunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang melempar ujung atas gunung sehingga membentuk cekungan. Gunung Bromo merupakan jenis ini.
  Klasifikasi gunung berapi di Indonesia
  Kalangan vulkanologi Indonesia mengelompokkan gunung berapi ke dalam tiga tipe berdasarkan catatan sejarah letusan/erupsinya.
                Gunung api Tipe A : tercatat pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu kali sesudah tahun 1600.
                Gunung api Tipe B : sesudah tahun 1600 belum tercatat lagi mengadakan erupsi magmatik namun masih memperlihatkan gejala kegiatan vulkanik seperti kegiatan solfatara.
                Gunung api Tipe C : sejarah erupsinya tidak diketahui dalam catatan manusia, namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola pada tingkah lemah.

Penyebab Terjadinya Gempa Bumi
  Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itu lah gempa bumi akan terjadi. Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km. Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa gempa bumi (jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena injeksi atau ekstraksi cairan dari/ke dalam bumi (contoh. pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi.

Dampak gempa bumi
  Goncangan gempa bisa sangat hebat dan dampak yang ditimbulkannya juga tidak kalah dahsyat. Gempa merupakan salah satu fenomena alam yang menimbulkan bencana. Dilihat dari efek atau akibat yang ditimbulkan, kejadian-kejadian yang mungkin terjadi mengiringi peristiwa gempa bumi sebagai berikut.
  - Gelombang tsunami
Salah satu akibat dari
gempa bumi adalah munculnya gelombang tsunami jika sumber gempa di bawah laut. Gelombang tsunami tersebut muncul jika di pusat gempa terjadi patahan lempeng bumi turun sehingga air laut surut sementara. Akan tetapi tidak lama kemudian gelombang sangat tinggi dan berkecepatan luar biasa menerjang pantai dan masuk jauh ke daratan. Selanjutnya gelombang ini merusak apa saja yang dilaluinya.
  Sebelum tsunami muncul, biasanya muncul tanda-tanda seperti terjadi gerakan tanah, getaran kuat, muncul cairan hitam atau putih dari arah laut, biasanya juga terdengar bunyi keras, tercium bau garam menyengat dan air laut terasa dingin.
  - Kerusakan bangunan
Gempa merupakan suatu pergerakan permukaan bumi disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik yang terdapat di bawah permukaan bumi. Dengan
bergoyangnya permukaan bumi, maka bangunan-bangunan seperti gedung sekolah, pusat pertokoan, perkantoran, maupun rumah-rumah penduduk dapat hancur atau paling tidak retak.
  - Mengubah topografi atau bentuk muka bumi
Dari hasil penelitian Walhi (Wahana Lingkungan Hidup) Yogyakarta diketahui bahwa terjadi perubahan topografi tanah di sekitar Yogyakarta akibat gempa bumi tanggal 27 Mei 2006 yang lalu. Gempa bumi tersebut memicu longsoran tanah dan mengakibatkan perubahan struktur tanah di daerah-daerah berlereng curam akibat guncangan gempa. Struktur tanah seperti ini berbutir kasar dan dalam kondisi kering akan merapat. Akibat pengaruh gempa, tegangan pori udara dalam lapisan tanah pasir meningkat, dan tegangan efektif tanah menurun hingga mencapai nilai terendah. Dengan demikian tanah kehilangan kekuatan sehingga mengakibatkan runtuhnya lapisan di atas pembentuk lereng dan memicu terjadi tanah longsor.
  - Menyebabkan keretakan permukaan bumi
Selain tsunami dan hancurnya infrastruktur, gempa bumi juga mengakibatkan keretakan permukaan tanah. Keretakan ini disebabkan permukaan tanah ikut bergerak ketika lempeng tektonik di bawahnya saling berbenturan.
  - Menyebabkan perubahan tata air tanah
Pada dasarnya sebelum terjadi gempa tata air tanah bersifat terbuka, tidak bertekanan, berlapis-lapis sesuai dengan struktur batuan dan tanah sehingga ada mata air kecil, relatif besar, dan sudah terbentuk kantong-kantong air di bawah tanah. Kantong-kantong air tersebut secara rutin terisi oleh saluran primer, sekunder, dan tersier berdasarkan struktur dan kestabilan tanah yang telah terbentuk sebelumnya. Ketika terjadi gempa bumi lapisan dalam kantong-kantong air ini patah sehingga terjadi kebocoran, lapisan tanah terkoyak, dan bergeser. Oleh karena itu wajar jika setelah gempa tiba-tiba ada mata air yang mati, sumur kering, atau muncul mata air baru di tempat lain. Hilangnya mata air atau munculnya mata air baru di tempat lain akibat patahan dan pergeseran kantong-kantong air ini menunjukkan adanya perubahan tata air setelah guncangan gempa.
  - Mengakibatkan trauma psikis atau mental
Ternyata bencana gempa, gunung meletus, dan tsunami tidak hanya mengakibatkan kerusakan fisik atau bangunan, harta benda, dan jiwa manusia, tetapi juga kondisi kejiwaan bagi para korban. Akibat bencana tersebut, sebagian besar korban dapat mengalami penderitaan biopsikososial yaitu gangguan akan kewaspadaan den kepekaan yang berlebihan terhadap sekadar perubahan suara, perubahan keadaan, dan aneka perubahan kecil lain yang sebenarnya wajar terjadi di tengah kehidupan sehari-hari.























Jenis-jenis Batuan       Serta Pembentukannya
   Setiap jenis batuan mempunyai sifat yang berbeda. Sifat batuan tersebut meliputi    bentuk, warna, kekerasan, kasar atau halus, dan mengilap atau tidaknya permukaan batuan. Setiap batuan memiliki sifat dan ciri khusus. Hal ini disebabkan bahan-bahan yaAda batuan yang mengandung zat besi, nikel, tembaga, emas, belerang, platina, atau bahan-bahan lain. Bahan-bahan seperti itu disebut mineral. Tiap jenis batuan mempunyai kandungan mineral yang berbeda.
   terkandung dalam batuan berbeda-beda. Berdasarkan proses terbentuknya, terdapat tiga jenis batuan yang menyusun lapisan kerak bumi. Tiga jenis batuan tersebut yaitu batuan beku (batuan magma atau vulkanik), batuan endapan (batuan sedimen), dan batuan malihan (batuan metamorf). a. Batuan Beku (Batuan Magma/Vulkanik)
      Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang membeku. Magma merupakan benda cair yang sangat panas dan terdapat di perut bumi. Magma yang mencapai permukaan bumi disebut lava. Semula batuan beku berupa lelehan magma yang besar1. Batuan Beku (Batuan Magma/Vulkanik)
     Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang membeku. Magma merupakan benda cair yang sangat panas dan terdapat di perut bumi. Magma yang mencapai permukaan bumi disebut lava. Semula batuan beku berupa lelehan magma yang besar
2. Batu granit
    Tersusun atas butiran yang kasar. Ada yang berwarna putih dan ada yang berwarna keabu-abuan. Dimanfaatkan untuk bahan bangunan.
    Berasal dari magma yang membeku di dalam kerak bumi. Proses pembekuan ini berlangsung secara perlahan. Jadi, batu ini termasuk batuan beku dalam.
3. Batu basal
    Disebut juga batu lava. Berwarna hijau keabu-abuan dan terdiri dari butiran yang sangat kecil. Dimanfaatkan untuk bahan bangunan.
    Berasal dari magma yang membeku di bawah lapisan kerak bumi, tercampur dengan gas sehingga beronggarongga kecil. 4. Batu andesit
    Berwarna putih keabu-abuan dan butirannya kecil seperti pada batu basal. Dimanfaatkan untuk membuat arca dan bangunan candi.
    Berasal dari magma yang membeku sangat cepat di bawah kerak bumi.
5. Batu apung
    Berwarna cokelat bercampur abu-abu muda dan beronggarongga. Digunakan untuk mengampelas kayu dan sebagai bahan penggosok.
    Berasal dari magma yang membeku di permukaan bumi



b. Batuan Endapan (Batuan Sedimen)
   Batuan endapan adalah batuan yang terbentuk dari endapan hasil pelapukan batuan. Batuan ini dapat pula terbentuk dari batuan yang terkikis atau dari endapan sisa-sisa binatang dan tumbuhan. 1. Batu konglomerat
    Terdiri atas kerikil-kerikil yang permukaannya tumpul. Batuan ini banyak digunakan sebagai bahan bangunan.
    Berasal dari endapan hasil pelapukan batuan beku.
2. Batu breksi
    Terdiri atas kerikil-kerikil yang permukaannya tajam. Batuan ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
    Berasal dari endapan hasil pelapukan batuan beku.
3. Batu pasir
    Terdiri atas butiran-butiran pasir, berwarna abu-abu, merah, kuning, atau putih. Batuan ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
    Berasal dari endapan hasil pelapukan batuan beku yang butirannya kecil-kecil. 4. Batu serpih
    Terdiri dari butiran-butiran batu lempung atau tanah liat,
berwarna abu-abu kehijauan,
merah, atau kuning. Dimanfaatkan sebagai bahan bangunan
    Berasal dari endapan hasil pelapukan batuan tanah liat
5. Batu kapur
    Terdiri dari butiran-butiran kapur halus, berwarna putih agak keabu-abuan, sebagai bahan campuran pembuat semen.
    Beraral dari endac. Batuan Malihan (Metamorf)
    Batuan malihan (metamorf) berasal dari batuan sedimen yang mengalami perubahan (metamorfosis). Batuan sedimen ini mengalami perubahan karena mendapat panas dan tekanan dari dalam Bumi. Jika mendapat panas terusmenerus, batuan ini akan berubah menjadi batuan malihan.
pan hasil pelapukan tulang dan cangkang hewan-hewan lautc. Batuan Malihan (Metamorf)
    Batuan malihan (metamorf) berasal dari batuan sedimen yang mengalami perubahan (metamorfosis). Batuan sedimen ini mengalami perubahan karena mendapat panas dan tekanan dari dalam Bumi. Jika mendapat panas terusmenerus, batuan ini akan berubah menjadi batuan malihan.
1. Batu genes (gneiss)
    Berwarna putih keabu-abuan
dan keras. Batu genes dimanfaatkan untuk membuat barang kerajinan seperti asbak, jambangan bunga, dan patung.
    Berasal dari batuan pluto granit yang mengalami metamorfosis karena panas dan tekanan.
2. Batu marmer
    Berwarna putih dan ada yang
hitam, keras, dan permukaannya halus. Marmer biasa digunakan untuk membuat meja, papan
nama, batu nisan, dan pelapis dinding bangunan atau lanta
i
  Berasal dari batuan kapur yang mengalami metamorfosis
karena panas dan tekanan.
3. Batu sabak
    Berwarna abu-abu tua, mudah terbelah tipis-tipis, dan permukaannya kasar. Sebelum ada kertas, batu sabak dimanfaatkan sebagai papan untuk menulis.
    Berasal dari batuan serpih
yang mengalami metamorfosis

4.Proses terjadinya pelapukan
  Proses pelapukan batuan terjadi akibat tiga mekanisme, yaitu:
  (1) proses pelapukan fisik,
  (2) proses pelapukan kimia, dan
  (3) proses pelapukan biologi.
  Ketiga proses ini saling terintegrasi satu sama lain sehingga mempercepat proses pelapukan batuan. Proses pelapukan fisik merupakan proses mekanik yang menyebabkan bebatuan masif pecah dan hancur serta terfragmentasi menjadi partikel-partikel kecil tanpa ada perubahan sifat kimia. Proses ini terjadi akibat dari:
  (1) perubahan suhu yang drastis seperti sangat dingin atau sangat panas,
  (2) hantaman air hujan,
  (3) penetrasi akar, dan
  (4) aktivitas makhluk hidup lainnya.
  Perbedaan kecepatan proses pelapukan fisik dipengaruhi:
  (1) tingkat kontraksi dan ekspansi dari komponen penyusun batuan, sehingga memicu proses pecah dan hancurnya bebatuan,
  (2) tingkat kekasaran permukaan bebatuan, makin kasar permukaan bebatuan akan mengalami proses pelapukan yang lebih cepat, dan
  (3) warna gelap dan terangnya bebatuan, makin gelap warna bebatuan akan memiliki daya menyerap cahaya yang lebih banyak dan mempercepat proses pemuaian atau kontraksi dan ekspansi, sehingga mempercepat proses pelapukan.
  Proses pelapukan kimia merupakan proses pelapukan yang diikuti terjadinya perubahan sifat kimia. Beberapa proses kimia dari pelapukan adalah:
  (1) pelarutan atau solubilitas,
  (2) hidrasi atau proses pengikatan molekul air, sehingga volume meningkat dan kekuatan melemah serta menjadi mudah mengalami proses pelapukan,
  (3) hidrolisis atau proses pergantian kation-kation dengan ion hidrogen dan saat terjadi ionisasi menyebabkan kondisi melemah, sehingga mudah mengalami proses pelapukan,
  (4) oksidasi atau terjadinya penambahan muatan positif, seoperti perubahan besi dalam batuan dari bentuk ferro menjadi bentuk ferri dan ukurannya bertambah, sehingga mudah mengalami proses pelapukan, dan
  (5) reduksi atau peristiwa penurunan muatan positif,
  (6) karbonatasi atau proses yang menyebabkan bereaksinya asam karbonat dengan basa-basa membentuk basa karbonat, dan
  (7) asidifikasi atau proses pengasaman bebatuan, sehingga mempercepat proses pelapukan, seperti: pengasaman akibat asam nitrat yang terkandung dalam air hujan, dan pengasaman akibat asam sulfat hasil dekomposisi protein, kedua asam ini mempercepat proses pelapukan.
  Proses pelapukan biologi dapat diakibatkan oleh aktivitas kehidupan:
  (1) mikroorganisme tanah,
  (2) akar tumbuhan, dan
  (3) hewan.


EROSI, DAMPAK, DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA
  Pendahuluan
  Erosi adalah terangkatnya lapisan tanah atau sedimen karena stres yang yang ditimbulkan oleh gerakan angin atau air pada permukaan tanah atau dasar perairan. Erosi yang terjadi dipengaruhi oleh faktor alam secara alami maupun oleh adanya tindakan dari manusia yang berusaha untuk mengolah tanah dan lingkungan demi kepentingannya (Ahmad Basyar dkk,2006:2).
  Berkaitan dengan hal ini, terdapat istilah erosi yang normal dan erosi yang dipercepat.
  1. Erosi Normal (normal erosion) adalah erosi yang terjadi secara alami bergantung pada faktor-faktor geologi yang mempengaruhinya. Erosi ini berlangsung secara normal dilapangan tanpa adanya campur tangan manusia. Keberlangsungan erosi ini melalui tiga tahap yaitu:
  Pertama, agregat-agregat tanah mengalami pemecahan sehingga terbentuklah butiran-butiran tanah yang relatif kecil dibanding sebelumnya.
  Kedua, terjadi pemindahan partikel tanah yang lebih kecil tadi melalui penghanyutan dan atau karena kekuatan angin.
  Ketiga, setelah hanyut terbawa air atau angin maka partikel tanah tersebut diendapkan pada tempat yang lebih rendah ataupun didasar sungai.
  Erosi normal biasanya tidak banyak membawa dampak buruk bagi kehidupan manusia juga bagi keseimbangan alam. Biasanya terjadinya dalam intensitas kecil saja, karena partikel yang terangkut seimbang dengan banyaknya jumlah tanah yang terbentuk pada daerah yang lebih rendah itu.
   
2. Erosi Dipercepat (accelerated erosion)
Didalam proses erosi ini dipengaruhi oleh kegiatan manusia yang melakukan tindakan terhadap kondisi tanah. Tindakan tersebut bersifat negatif atau telah melakukan kesalahan dalam pengelolaan tanah dan lahan pertaniannya. Oleh karena itu manusia dalam hal ini berperan membantu terjadinya erosi dipercepat. Biasanya erosi ini menimbulkan ketidakseimbangan antara tanah yang terangkut ke daerah yang rendah dengan pembentukan tanah. Tanah yang terpindahkan jauh lebih besar jumlahnya daripada tanah yang baru terbentuk, sehingga akan membawa malapetaka yang karena memang lingkungannya telah mengalami kerusakan-kerusakan, menimbulkan kerugian besar seperti banjir, longsor, kekeringan, ataupun turunnya produktifitas tanah. Untuk itu perlu adanya penanggulangan dari kita sendiri maupun dari pemerintah dengan cara penanaman pohon pelindung dalam upaya reboisasi, sehingga selanjutnya tinggal lapisan bawah tanah (sub soil) yang belum matang itu.

Pada lingkungan DAS, laju erosi dikendalikan oleh kecepatan aliran air dan sifat sedimen (terutama ukuran butirnya). Stres yang bekerja pada permukaan tanah atau dasar perairan sebanding dengan kecepatan aliran. Resistensi tanah atau sedimen untuk bergerak sebanding dengan ukuran butirnya. Gaya pembangkit eksternal yang menimbulkan erosi adalah curah hujan dan aliran air pada lereng DAS. Curah hujan yang tinggi dan lereng DAS yang miring merupakan faktor utama yang membangkitkan erosi. Pertahanan DAS terhadap erosi tergantung utamanya pada tutupan lahan. Penguatan pertahanan terhadap erosi dapat pula dilakukan dengan upaya-upaya kerekayasaan.

Erosi yang terjadi pada setiap wilayah akan berbeda beda tergantung dari kondisi iklim dan faktor lain yang akan dijelaskan pada bahasan selanjutnya. Indonesia tergolong daerah yang beriklim tropis lembab, sehingga erosi yang terjadi disebabkan karena penghanyutan oleh air. Ini berdasarkan data rata-rata curah hujan di Indonesia yang melebihi 1500mm/tahun. Sedangkan pada daerah yang beriklim tropis kering agen utama yang mempengaruhi erosi adalah angin. Untuk Indonesia sendiri, akibat dari erosi banyak terjadi diberbagai daerah dengan macam-macam bentuknya.
  Faktor Faktor Penyebab Erosi
  Setiap permasalahan sudah tentu memiliki penyebab, begitu pula dengan erosi. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya erosi diantaranya adalah:

1. Iklim
Iklim dapat mempengaruhi erosi oleh karena menentukan indeks erosifitas hujan. Selain itu, komponen iklim yaitu curah hujan dapat mempengaruhi laju erosifitas secara terus menerus sesuai intensitas hujan yang terjadi.

2. Tanah
Sedang tanah dengan sifat-sifatnya itu dapat menentukan besar kecilnya laju pengikisan (erosi) dan dinyatakan sebagai faktor erodibilitas tanah (kepekaan tanah terhadap erosi atau ketahanan tanah terhadap adanya erosi).

3. Topografi
Kemampuan tanah terbawa air erosi dipengaruhi oleh topografi suatu wilayah. Kondisi wilayah yang dapat menghanyutkan tanah sebagai sedimen erosi secara cepat adalah wilayah yang memiliki kemiringan lereng yang cukup besar. Sedangkan pada wilayah yang landai akan kurang intensif laju erosifitasnya, karena lebih cenderung untuk terjadi penggenangan.

4. Tanaman Penutup Tanah
Tanaman penutup tanah (vegetasi) berperan untuk menjaga agar tanah lebih aman dari percikan-percikan yang terjadi akibat jatuhnya air hujan ke permukaan tanah. Selain melindungi dari timpaan titik-titik hujan, vegetasi juga berfungsi untuk memperbaiki susunan tanah dengan bantuan akar-akar yang menyebar.

5. Manusia
Manusia dapat berperan sebagai penyebab cepatnya laju erosi maupun menekan laju erosi. Dalam proses mempercepat erosi, manusia banyak melakukan kesalahan dalam pengelolaan lingkungan, seperti penambangan, eksploitasi hutan, pengerukan tanah, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam penanggulangan laju erosi, manusia dapat melakukan evaluasi konservasi lahan dengan cara reboisasi, pembuatan terasering pada areal pertanian,dan lain-lain.
   
Pengaruh Yang Ditimbulkan Oleh Erosi
  Dampak erosi dibagi menjadi dampak ditempat asal terjadinya erosi (on site) dan dampak pada daerah diluarnya (off site).
Dampak erosi tanah di tapak (on-site) merupakan dampak yang dapat terlihat langsung kepada pengelola lahan yaitu berupa penurunan produktifitas. Hal ini berdampak pada kehilangan produksi peningkatan penggunaan pupuk dan kehilangan lapisan olah tanah yang akhirnya menimbulkan terjadinya tanah kritis.
Pengaruh erosi pada kesuburan fisik tanah diantaranya adalah terjadinya penghanyutan partikel-partikel tanah, perubahan struktur tanah, penurunan kapasitas infiltrasi dan penampungan, serta perubahan profil tanah. Sedangkan pengaruh pada kesuburan kimia tanah menurut Goeswono Soepardi dalam bukunya
Sifat dan Ciri Tanah adalah kehilangan unsur hara karena erosi selama rata-rata 2 tahun yang diperoleh dari percobaan di Missouri yaitu N 66 kg per hektar, kemudian P2O5 41 kg per hektar,K2O 729 kg per hektar, MgO 145 per kg per hektar,dan SO4 sebanyak 42 kg per hektar per tahun.
Tanah yang dikatakan rusak kalau lapisan bagian atasnya atau top soil (ketebalan 15 - 35 cm) memang telah banyak terkikis dan atau dihanyutkan oleh arus air hujan, sehingga lapisan tersebut menjadi tipis atau bahkan hilang (A.G Kartasapoetra,1986:45).

Sementara itu, Jung L sekitar tahun 1953 telah melakukan penelitian yang telah membuktikan adanya penghanyutan bahan organik yang diakibatkan erosi, seperti halnya pada table berikut:
Bagian lereng P2O5
(mg/100g tanah) K2O
(mg/100g tanah) Humus (%)
puncak 10,0 14,3 1,69
tengah 4,7 9,8 1,58
bawah 7,2 16,8 1,71
Sumber: Jung L (1953)

Dampak erosi tanah diluar lahan pertanian (off-site) merupakan dampak sangt besar pengaruhnya. Sedimen hasil erosi tanah dan kontaminan yang terbawa bersama sedimen menimbulkan kerugian dan biaya yang sangat besar dalam kehidupan. Arsyad (1989) mengemukakan bentuk dampak off-site antara lain:
  Pelumpuran dan pendangkalan waduk
  Tertimbunnya lahan pertanian dan bangunan
  Memburuknya kualitas air, dan
  Kerugian ekosistem perairan











5.Dampak positif dan negatif tenaga endogen dan eksogen
  A). Dampak positif tenaga endogen:
  Letak mineral dekat dengan permukaan tanah
  Relief bentukan tenaga endogen dapat dijadikan daerah tujuan wisata
  Terbentuk gunung yang tinggi yang dapat mendatangkan hujan orografis
  Terbentuk tanah tinggi yang luas sebagi areal pertanian agrobisnis
  B). Dampak negatif tenaga endogen:
  Pergerakan lempeng kerak bumi menimbulkan bencana
  Terjadi gerak naik dan turun daratan yang menyebabkan kerusakan bangunan, jalan, rumah, maupun jembatan.
  C). Dampak positif tenaga eksogen:
  Pelapukan di daerah kapur, dapat membentuk gua-gua yang mempunyai stalagtit dan stalagmit, yang dapt menjadi daerah tujuan wisata.
  Relief muka bumi bentukan tenaga eksogen baik di pantai maupun di daratan merupakan daerak pariwisata.
  D). Dampak negatif tenaga eksogen:
  Terjadi kerusakan areal pertanian, pemukiman, jalan, akibat dari adanya banjir dan erosi.
  Kekuatan angin dapat menimbulkan bencana di daerah pemukiman penduduk.


0 komentar :

Posting Komentar