1. Bentuk-bentuk
Muka Bumi
Pada
dasarnya bentuk-bentuk muka bumi dibagi menjadi 2 (dua), yakni bentuk muka bumi
pada wilayah daratan dan bentuk muka bumi pada wilayah lautan. Masing-masing
bentuk muka bumi baik di daratan maupun di lautan memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Lalu apa saja bentuk muka bumi di wilayah daratan dan lautan
tersebut. Berikut akan dijelaskan lebih rinci bentuk-bentuk muka bumi di kedua
wilayah tersebut.
1. Di daratan
Bentuk
muka bumi di wilayah daratan berada di permukaan bumi yang tidak tertutupi air.
Bentuk muka bumi di daratan ini terbagi menjadi 3 (tiga), yakni: dataran
rendah, dataran tinggi, gunung, dan pegunungan.
Dataran
rendah. Merupakan suatu bentang alam tanpa banyak memiliki perbedaan ketinggian
antara satu tempat dengan tempat yang lain. Dataran ini mempunyai ketinggian
mencapai 200 m di atas permukaan air laut. Contoh dari dataran rendah, yakni
dataran aluvial (contoh dataran aluvial di Sumatra Bagian Timur).
• Dataran tinggi. Merupakan dataran
yang luas yang letaknya di daerah tinggi atau pegunungan. Dataran tinggi
terbentuk sebagai akibat hasil erosi dan sedimentasi. Dataran ini juga
dinamakan plato, contoh dataran tinggi gayo, dataran tinggi dieng.
• Gunung. Merupakan bentuk muka bumi
yang berbentuk kerucut atau kubah berdiri sendiri. Pada beberapa gunung
ditemukan juga yang bersambung dengan gunung lainnya, namun bentuk terpisahnya
masih jelas. Umumnya gunung merupakan gunung berapi, contoh gunung bromo, gunung
semeru, dan gunung merapi
Pegunungan. Bentuk muka bumi ini
berbeda dengan gunung, tetapi juga memiliki persamaan yakni letaknya sama-sama
tinggi. Perbedaannya adalah kalo pegunungan merupakan suatu jalur memanjang
yang berhubungan antara puncak yang satu dengan puncak yang lainnya. Pegunungan
biasanya relatif luas. Pegunungan dapat dibedakan menjadi pegunungan tua dan
muda. Pegunungan tua merupakan pegunungan yang relatif rendah dengan puncaknya
yang relatif tumpul dan lerengnya landai (contoh pegunungan skandinavia dan
australia timur), sedangkan pegunungan muda pada umumnya tinggi denga puncaknya
yang runcing dan lerengnya relatif curam. Contoh dari pegunungan di Indonesia
adalah pegunungan bukit barisan.
2. Di lautan
Bentuk
muka bumi di wilayah lautan merupakan daerah yang tergenang oleh air laut dan
letaknya di dasar laut. Contoh relief dasar laut, yakni:
• Palung laut (trough) merupakan
daerah ingresi di laut yang bentuknya memanjang. Contoh palung sunda (7450
meter)
• Lubuk laut (basin) terjadi akibat
tenaga tektonik merupakan laut ingresi dan bentuknya bulat. Contoh lubuk
sulawesi, lubuk banda
• Gunung laut adalah gunung yang
kakinya ada di dasar laut dan puncaknya menjulang ke atas permukaan air laut.
Contoh gunung krakatau.
• Punggung laut merupakan satuan atau
deretan bukit di dalam laut. Contoh punggung laut Sibolga.
• Ambang laut adalah punggung laut
yang memisahkan dua bagian laut atau dua laut dalam contoh ambang laut sulu,
ambang laut sulawesi.
Secara
umum dasar laut terdiri atas empat bagian. Pembagian ini dimulai dari bagian
daratan menuju ke tengah laut, adalah sebagai berikut:
1.
Landasan Benua (Continental Shelf)
Continental
shelf (landasan benua) adalah dasar laut yang berbatasan dengan benua. Di dasar
laut ini sering ditemukan juga lembah yang menyerupai sungai. Lembah beberapa
sungai yang terdapat di Continental Shelf ini merupakan bukti bahwa dulunya
continental shelf meupakan bagian daratan yang kemudian tenggelam.
2.
Lereng Benua (Continental Slope)
Continental
slope (lereng benua) biasanya terdapat di pinggir continental shelf. Daerah
continental slope bisa mencapai kedalaman 1500 m dengan sudut kemiringan
biasanya tidak lebih dari 5 derajat.
3.
Deep Sea Plain
Deep
sea plain meliputi dua pertiga seluruh dasar laut dan terletak pada kedalaman
lebih dari 1.500 m, biasanya relief di daerah ini bervariasi, mulai dari yang
rata sampai pada puncak vulkanik yang menyembul di atas permukaan laut sebagai
pulau yang terisolasi.
4.
The Deeps
The
deeps merupakan kebalikan dari deep sea plain. Hanya sebagian kecil dasar
lautan sebagai the deeps. The deeps permukaan laut adalah dasar laut dengan
ciri adanya palung laut (trog) dan mencapai kedalaman yang besar, misalnya di
Samudera Pasifik mencapai kedalaman 75.000 m.
2. Tenaga Yang Mengubah Bentuk Muka Bumi
Permukaan bumi selalu dan akan selalu mengalami perubahan sebagai
akibat gomorfologi. Proses ini dapat berupa proses endogen (dari dalam bumi),
proses eksogen ( dari luar bumi), maupun ekstraterestrial (angkasa, contoh
meteor jatuh). Antara proses endogen dan eksogen saling berhubungan dimana
apabila proses endogen terjadi (misal gunung meletus) maka proses eksogen akan
menyertainya.
Berikut ini akan dijelaskan lebih detail mengenai proses-proses yang
bertugas mengubah bentuk muka bumi. Ketiga proses tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Tenaga Endogen
Merupakan tenaga dari dalam bumi yang membentuk konfigurasi permukaan
bumi. Tenaga endogen ini sifatnya membentuk permukaan bumi menjadi tidak rata.
Tenaga Endogen sering menekan di sekitar lapisan-lapisan batuan pembentuk kulit
bumi (litosfer). Mungkin saja di suatu daerah dulunya permukaan bumi rata
(datar) tetapi akibat tenaga endogen ini berubah menjadi gunung, bukit atau
pegunungan. Pada bagian lain permukaan bumi turun menjadikan adanya lembah atau
jurang. Tenaga ini dapat berupa tektonisme (diastropisme), volkanisme, dan
gempa.
Tektonisme (diastropisme) terdiri atas tenaga epirogenesa dan tenaga
orogenesa. Tenaga epirogenesa merupakan proses pengangkatan (negative) atau
penurunan (positive) letak bumi dalam wilayah luas dengan kecepatan relatif
lambat. Contoh akibat dari tenaga epirogenesa positif adalah turunnya
pulau-pulau di Indonesia Timur, dan akibat dari tenaga epirogenesa negatif
adalah pengangkatan benua Asia. Sedangkan tenaga orogenesa merupakan
pengangkatan pada daerah relatif sempit dalam waktu relatif singkat. Contoh
dari tenaga ini adalah terbentuknya pegunungan lipatan di zone utara jawa timur
(pegunungan kendeng). Tenaga ini biasa disebut sebagai tenaga pembentuk
pegunungan.
Volkanisme
adalah proses keluarnya magma ke permukaan bumi, baik melalui pipa kepundan
maupun celah-celah batuan. Konfigurasi permukaan bumi yang dihasilkan oleh
proses ini berupa bentuk lahan asal volkanik. Gejala vulkanisme berhubungan
dengan aktivtas keluarnya magma di gunungapi. Proses keluarnya magma ke permukaan
bumi disebut erupsi gunung api. Proses vulkanisme terjadi karena adanya magma
yang keluar dari zona tumbukan antar lempeng.
Tanda-tanda
akan terjadi letusan gunung api adalah sebagai berikut:
• Kenaikan suhu udara disekitar
gunung secara drastis.
• Sering terjadi gempa sebagai
aktivitas gunung api.
• Bau belerang lebih menyengat dari
biasanya.
• Tumbuhan disekitar gunung pada
layu.
• Munculnya uap air panas.
• Karbon dioksida muncul lebih
berlebihan.
Gempa
bumi adalah proses pergeseran permukaan bumi, baik disebabkan oleh tektonisme,
volkanisme maupun terban (tanah runtuh). Gempa bumi ini kurang berperan dalam
membentuk konfigurasi permukaan bumi dibandingkan kedua tenaga sebelumnya.
Berdasarkan
peristiwa yang menimbulkannya, gempa dibedakan menjadi 3 (tiga), yakni: gempa
tektonik, gempa volkanik, dan gempa runtuhan. Gempa volkanik disebabkan oleh
aktivitas gunung api, gempa tektonik disebabkan akibat gerakan tektonik yakni
patahan dan retakan, sedangkan gempa runtuhan disebabkan oleh akibat runtuhan
atap gua (sering terjadi pada gua-gua di daerah berkapur). Dari ketiga macam
gempa ini yang terkuat adalah gempa yang diakibatkan oleh proses tektonik dan
volkanik.
Terjadinya bentuk muka bumi dipengaruhi oleh adanya gerakan-gerakan kerak bumi. perubahan bentuk yang mengahsilkan pola baru yang disebut struktur diastropik. yang termasuk dalam struktur diastropik adalah: pelengkupan, pelipatan, patahan, dan retakan.
a. Struktur Pelengkungan
Terjadinya bentuk muka bumi dipengaruhi oleh adanya gerakan-gerakan kerak bumi. perubahan bentuk yang mengahsilkan pola baru yang disebut struktur diastropik. yang termasuk dalam struktur diastropik adalah: pelengkupan, pelipatan, patahan, dan retakan.
a. Struktur Pelengkungan
Lapisan batuan yang baru terbentuk cenderung mendatar. lapisan ini bila
mendapat tekanan vertikal tidak merata akan membentuk struktur batuan yang
melengkung. pelengkungan dapat mengarah ke atas yang di sebut kubah (dome) dan
dapat pula mngearah ke bawah yang di sebut cekungan (basin)
b. Struktur Lipatan
Struktur Lipatan terbentuk apabila lapisan itu mnegalami tekanan lemah.
akibat tekanan tersebut lapisan yang semula mendatar (horizontal) akan
terlipat-lipat. bagian lipatan dis ebut antiklinal dan lembah lipatan disebut
sinklinal.b bentuk lipatan dapat dibedakan menjadi lima macam, yakni sebagai
berikut.
1. Fleksur yaitu suatu keadaan peralihan antara lekukan dengan putusnya lapisan batuan.
2. Lipatan tegak atau lerengnya simetris.
3. Lipatan Miring atau lereng-lerengnya tidak simetris.
4. Lipatan Terletak Atau lipatan yang satu menutupi lipatan yang lain.
1. Fleksur yaitu suatu keadaan peralihan antara lekukan dengan putusnya lapisan batuan.
2. Lipatan tegak atau lerengnya simetris.
3. Lipatan Miring atau lereng-lerengnya tidak simetris.
4. Lipatan Terletak Atau lipatan yang satu menutupi lipatan yang lain.
5. Lipatan menutup atau lipatan yang satu menutupi lipatan yang lain
tetapi ukurannya lebih besar.
c. Struktur Patahan
c. Struktur Patahan
Terbentuk apabila tekanan cukup kuat sehingga tidak dapat dinetralisasi
oleh sifat plastis batuan. berdasarkan arah gerakan batuan di sepanjang bidang
patahan dikenal lima tipe-tipe patahan, yaitu sebagai berikut :
1). Normal Fault : Adalah patahan yang arah gerak blok batuannya
mengikuti arah gaya berat, yaitu ke bawah sepanjang bidang patahan.
2). Reversa Fault : Adalah Patahan yang arah gerak blok batuannya berlawanan dengan arah gerak normal fault, yaitu mengarah ke atas.
3). Strike-slip Fault : adalah patahan yang arah gerak blok batuannya mendatar sepanjang bidang patahan.
4). Obligue-Slip Fault : adalah Patahan yang arah gerak blok batuannya saling menjauhi dalam arah mendatar atau arah lain sehingga membentuk jurang yang lebar.
5). Rotational Fault : adalah patahan yang arah gerak blok batuannya memutar bidang patahan.
d. Struktur Retakan
2). Reversa Fault : Adalah Patahan yang arah gerak blok batuannya berlawanan dengan arah gerak normal fault, yaitu mengarah ke atas.
3). Strike-slip Fault : adalah patahan yang arah gerak blok batuannya mendatar sepanjang bidang patahan.
4). Obligue-Slip Fault : adalah Patahan yang arah gerak blok batuannya saling menjauhi dalam arah mendatar atau arah lain sehingga membentuk jurang yang lebar.
5). Rotational Fault : adalah patahan yang arah gerak blok batuannya memutar bidang patahan.
d. Struktur Retakan
Struktur Retakan terbentuk karena gaya regangan yang menyebabkan batuan
mejadi retak-retak. blok batuan masih tetap di tempatnya dan tidak mengalami
pergeseran tempat.
GEJALa VULKANISME
a. Pengertian Vulkanisme :
a. Pengertian Vulkanisme :
Vulkanisme adalah suatu gejala alam sebagai akibat adanya aktivitas
magma dari dalam bumi. magma adalah batuan cair pijar yang terdapat di dalam
bumi.
Bentuk Intrusi dan Ekstrusi Magma
Bentuk Intrusi Magma
Yang dimaksud dengan intrusi magma ialah masuknya magma ke dalam lapisan-lapisan batuan pembentuk kulit bumi (magma tidak sampai keluar).
a. Still (Retas)
Still (retas) di sebabkan oleh intrusi datar dari magma yang masuk di antara dua lapisan batuan sedimen dan kemudian magma tersebut membeku.
b. Lakolit
Bentuk Intrusi Magma
Yang dimaksud dengan intrusi magma ialah masuknya magma ke dalam lapisan-lapisan batuan pembentuk kulit bumi (magma tidak sampai keluar).
a. Still (Retas)
Still (retas) di sebabkan oleh intrusi datar dari magma yang masuk di antara dua lapisan batuan sedimen dan kemudian magma tersebut membeku.
b. Lakolit
Lakolit adalah bentukan yang disebabkan masuknya magma di antara dua
lapisan batuan sedimen kemudian menekan ke atas sehingga mempunyai bentuk
cembung ke atas tetapi datar di bawah.
c. Gang atau Korok
c. Gang atau Korok
Gang atau Korok di sebabkan masuknya magma di antara dua lapisan batuan
sedimen kemudian menekan ke atas sehingga mempunyai bentuk cembung ke atas
tetapi datar di bawah.
d. Batholit
Batholit yaitu magma yang membeku jauh di dalam dapur magma bentuknya tidak beraturan.
Bentuk Ekstrusi magma (Bentuk Erupsi)
Ekstrusi magma adalah magma yang bisa menembus kulit bumi sampai keluar mencapai permukaan kulit bumi.
a). Erupsi Linier (Retakan),
Batholit yaitu magma yang membeku jauh di dalam dapur magma bentuknya tidak beraturan.
Bentuk Ekstrusi magma (Bentuk Erupsi)
Ekstrusi magma adalah magma yang bisa menembus kulit bumi sampai keluar mencapai permukaan kulit bumi.
a). Erupsi Linier (Retakan),
Erupsi linier terjadi akibat magma keluar melalui retakan yang memanjang
pada kulit bumi sehingga membentuk deretan gunung api.
b). Erupsi Areal
Erupsi areal terjadi bila letak magma sangat dekat ke permukaan bumi, sehingga magma membakar kulit bumi yang ada di atasnya, yakni yang dekat sekali ke permukaan kulit bumi, sehingga meleleh pada permukaan bumi tersebut.
c). Erupsi Sentral
Erupsi sentral terjadi bila magma keluar melalui sebuah lubang yang membentuk gunung-gunung api yang tersendiri letaknya.
Berdasarkan Proses Keluarnya Magma, Erupsi di Bedakan menjadi tiga Macam :
Erupsi areal terjadi bila letak magma sangat dekat ke permukaan bumi, sehingga magma membakar kulit bumi yang ada di atasnya, yakni yang dekat sekali ke permukaan kulit bumi, sehingga meleleh pada permukaan bumi tersebut.
c). Erupsi Sentral
Erupsi sentral terjadi bila magma keluar melalui sebuah lubang yang membentuk gunung-gunung api yang tersendiri letaknya.
Berdasarkan Proses Keluarnya Magma, Erupsi di Bedakan menjadi tiga Macam :
Erupsi Eksplosif yaitu letusan yang menimbulkan ledakan akibat
dari tekanan gas magma.
Erupsi Efusif yaitu letusan gunung api yang menyebabkan keluarnya
magma dalam bentuk aliran lava dari lubang kepundan.
Erupsi Campuran adalah letusan yang terdiri dari kedua letusan di atas,
terjadi secara selang-seling antara letusan eksplosif dan letusan efusif.
Jenis
gunung berapi berdasarkan bentuknya
Stratovolcano
Tersusun dari batuan hasil letusan dengan tipe letusan berubah-ubah
sehingga dapat menghasilkan susunan yang berlapis-lapis dari beberapa jenis
batuan, sehingga membentuk suatu kerucut besar (raksasa), kadang-kadang
bentuknya tidak beraturan, karena letusan terjadi sudah beberapa ratus kali.
Gunung Merapi merupakan jenis ini.
Perisai
Tersusun dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan masih cair,
sehingga tidak sempat membentuk suatu kerucut yang tinggi (curam), bentuknya
akan berlereng landai, dan susunannya terdiri dari batuan yang bersifat
basaltik. Contoh bentuk gunung berapi ini terdapat di kepulauan Hawai.
Cinder Cone
Merupakan gunung berapi yang abu dan pecahan kecil batuan vulkanik
menyebar di sekeliling gunung. Sebagian besar gunung jenis ini membentuk
mangkuk di puncaknya. Jarang yang tingginya di atas 500 meter dari tanah di
sekitarnya.
Kaldera
Gunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang
melempar ujung atas gunung sehingga membentuk cekungan. Gunung Bromo merupakan
jenis ini.
Klasifikasi gunung berapi di Indonesia
Kalangan vulkanologi Indonesia mengelompokkan gunung berapi ke dalam
tiga tipe berdasarkan catatan sejarah letusan/erupsinya.
• Gunung api Tipe A : tercatat
pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu kali sesudah tahun
1600.
• Gunung api Tipe B : sesudah tahun
1600 belum tercatat lagi mengadakan erupsi magmatik namun masih memperlihatkan
gejala kegiatan vulkanik seperti kegiatan solfatara.
• Gunung api Tipe C : sejarah
erupsinya tidak diketahui dalam catatan manusia, namun masih terdapat
tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola pada
tingkah lemah.
Penyebab Terjadinya
Gempa Bumi
Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan
oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan
itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut
tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itu lah gempa bumi
akan terjadi. Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan
tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan
kompresional dan translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar
terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi
fase pada kedalaman lebih dari 600 km. Beberapa gempa bumi lain juga dapat
terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu
dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa gempa bumi
(jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di
balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga)
juga dapat terjadi karena injeksi atau ekstraksi cairan dari/ke dalam bumi (contoh.
pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas bumi dan di Rocky Mountain
Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal
ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata nuklir yang
dilakukan pemerintah. Gempa bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini
dinamakan juga seismisitas terinduksi.
Dampak gempa bumi
– Goncangan gempa bisa
sangat hebat dan dampak yang ditimbulkannya juga tidak kalah dahsyat. Gempa
merupakan salah satu fenomena alam yang menimbulkan bencana. Dilihat dari efek
atau akibat yang ditimbulkan, kejadian-kejadian yang mungkin terjadi mengiringi
peristiwa gempa bumi sebagai berikut.
- Gelombang tsunami
Salah satu akibat dari gempa bumi adalah munculnya gelombang tsunami jika sumber gempa di bawah laut. Gelombang tsunami tersebut muncul jika di pusat gempa terjadi patahan lempeng bumi turun sehingga air laut surut sementara. Akan tetapi tidak lama kemudian gelombang sangat tinggi dan berkecepatan luar biasa menerjang pantai dan masuk jauh ke daratan. Selanjutnya gelombang ini merusak apa saja yang dilaluinya.
Salah satu akibat dari gempa bumi adalah munculnya gelombang tsunami jika sumber gempa di bawah laut. Gelombang tsunami tersebut muncul jika di pusat gempa terjadi patahan lempeng bumi turun sehingga air laut surut sementara. Akan tetapi tidak lama kemudian gelombang sangat tinggi dan berkecepatan luar biasa menerjang pantai dan masuk jauh ke daratan. Selanjutnya gelombang ini merusak apa saja yang dilaluinya.
Sebelum tsunami muncul, biasanya muncul tanda-tanda seperti terjadi
gerakan tanah, getaran kuat, muncul cairan hitam atau putih dari arah laut,
biasanya juga terdengar bunyi keras, tercium bau garam menyengat dan air laut
terasa dingin.
- Kerusakan bangunan
Gempa merupakan suatu pergerakan permukaan bumi disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik yang terdapat di bawah permukaan bumi. Dengan bergoyangnya permukaan bumi, maka bangunan-bangunan seperti gedung sekolah, pusat pertokoan, perkantoran, maupun rumah-rumah penduduk dapat hancur atau paling tidak retak.
Gempa merupakan suatu pergerakan permukaan bumi disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik yang terdapat di bawah permukaan bumi. Dengan bergoyangnya permukaan bumi, maka bangunan-bangunan seperti gedung sekolah, pusat pertokoan, perkantoran, maupun rumah-rumah penduduk dapat hancur atau paling tidak retak.
- Mengubah topografi atau bentuk muka bumi
Dari hasil penelitian Walhi (Wahana Lingkungan Hidup) Yogyakarta diketahui bahwa terjadi perubahan topografi tanah di sekitar Yogyakarta akibat gempa bumi tanggal 27 Mei 2006 yang lalu. Gempa bumi tersebut memicu longsoran tanah dan mengakibatkan perubahan struktur tanah di daerah-daerah berlereng curam akibat guncangan gempa. Struktur tanah seperti ini berbutir kasar dan dalam kondisi kering akan merapat. Akibat pengaruh gempa, tegangan pori udara dalam lapisan tanah pasir meningkat, dan tegangan efektif tanah menurun hingga mencapai nilai terendah. Dengan demikian tanah kehilangan kekuatan sehingga mengakibatkan runtuhnya lapisan di atas pembentuk lereng dan memicu terjadi tanah longsor.
Dari hasil penelitian Walhi (Wahana Lingkungan Hidup) Yogyakarta diketahui bahwa terjadi perubahan topografi tanah di sekitar Yogyakarta akibat gempa bumi tanggal 27 Mei 2006 yang lalu. Gempa bumi tersebut memicu longsoran tanah dan mengakibatkan perubahan struktur tanah di daerah-daerah berlereng curam akibat guncangan gempa. Struktur tanah seperti ini berbutir kasar dan dalam kondisi kering akan merapat. Akibat pengaruh gempa, tegangan pori udara dalam lapisan tanah pasir meningkat, dan tegangan efektif tanah menurun hingga mencapai nilai terendah. Dengan demikian tanah kehilangan kekuatan sehingga mengakibatkan runtuhnya lapisan di atas pembentuk lereng dan memicu terjadi tanah longsor.
-
Menyebabkan keretakan permukaan bumi
Selain tsunami dan hancurnya infrastruktur, gempa bumi juga mengakibatkan keretakan permukaan tanah. Keretakan ini disebabkan permukaan tanah ikut bergerak ketika lempeng tektonik di bawahnya saling berbenturan.
Selain tsunami dan hancurnya infrastruktur, gempa bumi juga mengakibatkan keretakan permukaan tanah. Keretakan ini disebabkan permukaan tanah ikut bergerak ketika lempeng tektonik di bawahnya saling berbenturan.
-
Menyebabkan perubahan tata air tanah
Pada dasarnya sebelum terjadi gempa tata air tanah bersifat terbuka, tidak bertekanan, berlapis-lapis sesuai dengan struktur batuan dan tanah sehingga ada mata air kecil, relatif besar, dan sudah terbentuk kantong-kantong air di bawah tanah. Kantong-kantong air tersebut secara rutin terisi oleh saluran primer, sekunder, dan tersier berdasarkan struktur dan kestabilan tanah yang telah terbentuk sebelumnya. Ketika terjadi gempa bumi lapisan dalam kantong-kantong air ini patah sehingga terjadi kebocoran, lapisan tanah terkoyak, dan bergeser. Oleh karena itu wajar jika setelah gempa tiba-tiba ada mata air yang mati, sumur kering, atau muncul mata air baru di tempat lain. Hilangnya mata air atau munculnya mata air baru di tempat lain akibat patahan dan pergeseran kantong-kantong air ini menunjukkan adanya perubahan tata air setelah guncangan gempa.
Pada dasarnya sebelum terjadi gempa tata air tanah bersifat terbuka, tidak bertekanan, berlapis-lapis sesuai dengan struktur batuan dan tanah sehingga ada mata air kecil, relatif besar, dan sudah terbentuk kantong-kantong air di bawah tanah. Kantong-kantong air tersebut secara rutin terisi oleh saluran primer, sekunder, dan tersier berdasarkan struktur dan kestabilan tanah yang telah terbentuk sebelumnya. Ketika terjadi gempa bumi lapisan dalam kantong-kantong air ini patah sehingga terjadi kebocoran, lapisan tanah terkoyak, dan bergeser. Oleh karena itu wajar jika setelah gempa tiba-tiba ada mata air yang mati, sumur kering, atau muncul mata air baru di tempat lain. Hilangnya mata air atau munculnya mata air baru di tempat lain akibat patahan dan pergeseran kantong-kantong air ini menunjukkan adanya perubahan tata air setelah guncangan gempa.
-
Mengakibatkan trauma psikis atau mental
Ternyata bencana gempa, gunung meletus, dan tsunami tidak hanya mengakibatkan kerusakan fisik atau bangunan, harta benda, dan jiwa manusia, tetapi juga kondisi kejiwaan bagi para korban. Akibat bencana tersebut, sebagian besar korban dapat mengalami penderitaan biopsikososial yaitu gangguan akan kewaspadaan den kepekaan yang berlebihan terhadap sekadar perubahan suara, perubahan keadaan, dan aneka perubahan kecil lain yang sebenarnya wajar terjadi di tengah kehidupan sehari-hari.
Ternyata bencana gempa, gunung meletus, dan tsunami tidak hanya mengakibatkan kerusakan fisik atau bangunan, harta benda, dan jiwa manusia, tetapi juga kondisi kejiwaan bagi para korban. Akibat bencana tersebut, sebagian besar korban dapat mengalami penderitaan biopsikososial yaitu gangguan akan kewaspadaan den kepekaan yang berlebihan terhadap sekadar perubahan suara, perubahan keadaan, dan aneka perubahan kecil lain yang sebenarnya wajar terjadi di tengah kehidupan sehari-hari.
Jenis-jenis Batuan Serta
Pembentukannya
Setiap jenis batuan mempunyai sifat yang
berbeda. Sifat batuan tersebut meliputi
bentuk, warna, kekerasan, kasar atau halus, dan mengilap atau tidaknya
permukaan batuan. Setiap batuan memiliki sifat dan ciri khusus. Hal ini
disebabkan bahan-bahan yaAda batuan yang mengandung zat besi, nikel,
tembaga, emas, belerang, platina, atau bahan-bahan lain. Bahan-bahan seperti
itu disebut mineral. Tiap jenis batuan mempunyai kandungan mineral yang
berbeda.
terkandung dalam batuan berbeda-beda.
Berdasarkan proses terbentuknya, terdapat tiga jenis batuan yang menyusun
lapisan kerak bumi. Tiga jenis batuan tersebut yaitu batuan beku (batuan magma atau
vulkanik), batuan endapan (batuan sedimen), dan batuan malihan (batuan
metamorf). a. Batuan Beku (Batuan Magma/Vulkanik)
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk
dari magma yang membeku. Magma merupakan benda cair yang sangat panas dan
terdapat di perut bumi. Magma yang mencapai permukaan bumi disebut lava. Semula
batuan beku berupa lelehan magma yang besar1. Batuan Beku (Batuan Magma/Vulkanik)
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk
dari magma yang membeku. Magma merupakan benda cair yang sangat panas dan
terdapat di perut bumi. Magma yang mencapai permukaan bumi disebut lava. Semula
batuan beku berupa lelehan magma yang besar
2. Batu
granit
Tersusun atas butiran yang kasar. Ada yang
berwarna putih dan ada yang berwarna keabu-abuan. Dimanfaatkan untuk bahan
bangunan.
Berasal dari magma yang membeku di dalam
kerak bumi. Proses pembekuan ini berlangsung secara perlahan. Jadi, batu ini
termasuk batuan beku dalam.
3. Batu
basal
Disebut juga batu lava. Berwarna hijau
keabu-abuan dan terdiri dari butiran yang sangat kecil. Dimanfaatkan untuk
bahan bangunan.
Berasal dari magma yang membeku di bawah
lapisan kerak bumi, tercampur dengan gas sehingga beronggarongga kecil. 4. Batu andesit
Berwarna putih
keabu-abuan dan butirannya kecil seperti pada batu basal. Dimanfaatkan untuk
membuat arca dan bangunan candi.
Berasal dari
magma yang membeku sangat cepat di bawah kerak bumi.
5. Batu apung
Berwarna cokelat
bercampur abu-abu muda dan beronggarongga. Digunakan untuk mengampelas kayu dan
sebagai bahan penggosok.
Berasal dari
magma yang membeku di permukaan bumi
b.
Batuan Endapan (Batuan Sedimen)
Batuan endapan adalah batuan yang terbentuk
dari endapan hasil pelapukan batuan. Batuan ini dapat pula terbentuk dari
batuan yang terkikis atau dari endapan sisa-sisa binatang dan tumbuhan. 1. Batu
konglomerat
Terdiri atas kerikil-kerikil yang
permukaannya tumpul. Batuan ini banyak digunakan sebagai bahan bangunan.
Berasal dari endapan hasil pelapukan batuan
beku.
2. Batu
breksi
Terdiri atas kerikil-kerikil yang
permukaannya tajam. Batuan ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
Berasal dari endapan hasil pelapukan batuan
beku.
3. Batu
pasir
Terdiri atas butiran-butiran pasir,
berwarna abu-abu, merah, kuning, atau putih. Batuan ini banyak dimanfaatkan
sebagai bahan bangunan.
Berasal dari endapan hasil pelapukan batuan
beku yang butirannya kecil-kecil. 4. Batu
serpih
Terdiri dari butiran-butiran batu lempung
atau tanah liat,
berwarna abu-abu kehijauan,
merah, atau kuning. Dimanfaatkan sebagai bahan bangunan
berwarna abu-abu kehijauan,
merah, atau kuning. Dimanfaatkan sebagai bahan bangunan
Berasal dari endapan hasil pelapukan batuan
tanah liat
5. Batu
kapur
Terdiri dari butiran-butiran kapur halus,
berwarna putih agak keabu-abuan, sebagai bahan campuran pembuat semen.
Beraral dari endac. Batuan Malihan
(Metamorf)
Batuan malihan (metamorf) berasal dari
batuan sedimen yang mengalami perubahan (metamorfosis). Batuan sedimen ini
mengalami perubahan karena mendapat panas dan tekanan dari dalam Bumi. Jika
mendapat panas terusmenerus, batuan ini akan berubah menjadi batuan malihan.
pan
hasil pelapukan tulang dan cangkang hewan-hewan lautc. Batuan Malihan (Metamorf)
Batuan malihan (metamorf) berasal dari
batuan sedimen yang mengalami perubahan (metamorfosis). Batuan sedimen ini
mengalami perubahan karena mendapat panas dan tekanan dari dalam Bumi. Jika
mendapat panas terusmenerus, batuan ini akan berubah menjadi batuan malihan.
1. Batu
genes (gneiss)
Berwarna putih keabu-abuan
dan keras. Batu genes dimanfaatkan untuk membuat barang kerajinan seperti asbak, jambangan bunga, dan patung.
dan keras. Batu genes dimanfaatkan untuk membuat barang kerajinan seperti asbak, jambangan bunga, dan patung.
Berasal dari batuan pluto granit yang
mengalami metamorfosis karena panas dan tekanan.
2. Batu
marmer
Berwarna putih dan ada yang
hitam, keras, dan permukaannya halus. Marmer biasa digunakan untuk membuat meja, papan
nama, batu nisan, dan pelapis dinding bangunan atau lantai Berasal dari batuan kapur yang mengalami metamorfosis
karena panas dan tekanan.
hitam, keras, dan permukaannya halus. Marmer biasa digunakan untuk membuat meja, papan
nama, batu nisan, dan pelapis dinding bangunan atau lantai Berasal dari batuan kapur yang mengalami metamorfosis
karena panas dan tekanan.
3. Batu
sabak
Berwarna abu-abu tua, mudah terbelah
tipis-tipis, dan permukaannya kasar. Sebelum ada kertas, batu sabak
dimanfaatkan sebagai papan untuk menulis.
Berasal dari batuan serpih
yang mengalami metamorfosis
yang mengalami metamorfosis
4.Proses terjadinya
pelapukan
Proses pelapukan batuan terjadi akibat tiga mekanisme, yaitu:
(1) proses pelapukan fisik,
(2) proses pelapukan kimia, dan
(3) proses pelapukan biologi.
Ketiga proses ini saling terintegrasi satu sama lain sehingga
mempercepat proses pelapukan batuan. Proses pelapukan fisik merupakan proses
mekanik yang menyebabkan bebatuan masif pecah dan hancur serta terfragmentasi
menjadi partikel-partikel kecil tanpa ada perubahan sifat kimia. Proses ini
terjadi akibat dari:
(1) perubahan suhu yang drastis seperti sangat dingin atau sangat
panas,
(2) hantaman air hujan,
(3) penetrasi akar, dan
(4) aktivitas makhluk hidup lainnya.
Perbedaan kecepatan proses pelapukan fisik dipengaruhi:
(1) tingkat kontraksi dan ekspansi dari komponen penyusun batuan,
sehingga memicu proses pecah dan hancurnya bebatuan,
(2) tingkat kekasaran permukaan bebatuan, makin kasar permukaan
bebatuan akan mengalami proses pelapukan yang lebih cepat, dan
(3) warna gelap dan terangnya bebatuan, makin gelap warna bebatuan akan
memiliki daya menyerap cahaya yang lebih banyak dan mempercepat proses pemuaian
atau kontraksi dan ekspansi, sehingga mempercepat proses pelapukan.
Proses pelapukan kimia merupakan proses pelapukan yang diikuti
terjadinya perubahan sifat kimia. Beberapa proses kimia dari pelapukan adalah:
(1) pelarutan atau solubilitas,
(2) hidrasi atau proses pengikatan molekul air, sehingga volume
meningkat dan kekuatan melemah serta menjadi mudah mengalami proses pelapukan,
(3) hidrolisis atau proses pergantian kation-kation dengan ion hidrogen
dan saat terjadi ionisasi menyebabkan kondisi melemah, sehingga mudah mengalami
proses pelapukan,
(4) oksidasi atau terjadinya penambahan muatan positif, seoperti
perubahan besi dalam batuan dari bentuk ferro menjadi bentuk ferri dan
ukurannya bertambah, sehingga mudah mengalami proses pelapukan, dan
(5) reduksi atau peristiwa penurunan muatan positif,
(6) karbonatasi atau proses yang menyebabkan bereaksinya asam karbonat
dengan basa-basa membentuk basa karbonat, dan
(7) asidifikasi atau proses pengasaman bebatuan, sehingga mempercepat
proses pelapukan, seperti: pengasaman akibat asam nitrat yang terkandung dalam
air hujan, dan pengasaman akibat asam sulfat hasil dekomposisi protein, kedua
asam ini mempercepat proses pelapukan.
Proses pelapukan biologi dapat diakibatkan oleh aktivitas kehidupan:
(1) mikroorganisme tanah,
(2) akar tumbuhan, dan
(3) hewan.
EROSI, DAMPAK, DAN UPAYA
PENANGGULANGANNYA
Pendahuluan
Erosi adalah terangkatnya lapisan tanah atau sedimen karena stres yang
yang ditimbulkan oleh gerakan angin atau air pada permukaan tanah atau dasar
perairan. Erosi yang terjadi dipengaruhi oleh faktor alam secara alami maupun
oleh adanya tindakan dari manusia yang berusaha untuk mengolah tanah dan
lingkungan demi kepentingannya (Ahmad Basyar dkk,2006:2).
Berkaitan dengan hal ini, terdapat istilah erosi yang normal dan erosi
yang dipercepat.
1. Erosi Normal (normal erosion) adalah erosi yang terjadi secara alami
bergantung pada faktor-faktor geologi yang mempengaruhinya. Erosi ini
berlangsung secara normal dilapangan tanpa adanya campur tangan manusia.
Keberlangsungan erosi ini melalui tiga tahap yaitu:
Pertama, agregat-agregat tanah mengalami pemecahan sehingga
terbentuklah butiran-butiran tanah yang relatif kecil dibanding sebelumnya.
Kedua, terjadi pemindahan partikel tanah yang lebih kecil tadi melalui
penghanyutan dan atau karena kekuatan angin.
Ketiga, setelah hanyut terbawa air atau angin maka partikel tanah
tersebut diendapkan pada tempat yang lebih rendah ataupun didasar sungai.
Erosi normal biasanya tidak banyak membawa dampak buruk bagi kehidupan
manusia juga bagi keseimbangan alam. Biasanya terjadinya dalam intensitas kecil
saja, karena partikel yang terangkut seimbang dengan banyaknya jumlah tanah
yang terbentuk pada daerah yang lebih rendah itu.
2. Erosi Dipercepat (accelerated erosion)
Didalam proses erosi ini dipengaruhi oleh kegiatan manusia yang melakukan tindakan terhadap kondisi tanah. Tindakan tersebut bersifat negatif atau telah melakukan kesalahan dalam pengelolaan tanah dan lahan pertaniannya. Oleh karena itu manusia dalam hal ini berperan membantu terjadinya erosi dipercepat. Biasanya erosi ini menimbulkan ketidakseimbangan antara tanah yang terangkut ke daerah yang rendah dengan pembentukan tanah. Tanah yang terpindahkan jauh lebih besar jumlahnya daripada tanah yang baru terbentuk, sehingga akan membawa malapetaka yang karena memang lingkungannya telah mengalami kerusakan-kerusakan, menimbulkan kerugian besar seperti banjir, longsor, kekeringan, ataupun turunnya produktifitas tanah. Untuk itu perlu adanya penanggulangan dari kita sendiri maupun dari pemerintah dengan cara penanaman pohon pelindung dalam upaya reboisasi, sehingga selanjutnya tinggal lapisan bawah tanah (sub soil) yang belum matang itu.
Pada lingkungan DAS, laju erosi dikendalikan oleh kecepatan aliran air dan sifat sedimen (terutama ukuran butirnya). Stres yang bekerja pada permukaan tanah atau dasar perairan sebanding dengan kecepatan aliran. Resistensi tanah atau sedimen untuk bergerak sebanding dengan ukuran butirnya. Gaya pembangkit eksternal yang menimbulkan erosi adalah curah hujan dan aliran air pada lereng DAS. Curah hujan yang tinggi dan lereng DAS yang miring merupakan faktor utama yang membangkitkan erosi. Pertahanan DAS terhadap erosi tergantung utamanya pada tutupan lahan. Penguatan pertahanan terhadap erosi dapat pula dilakukan dengan upaya-upaya kerekayasaan.
Erosi yang terjadi pada setiap wilayah akan berbeda beda tergantung dari kondisi iklim dan faktor lain yang akan dijelaskan pada bahasan selanjutnya. Indonesia tergolong daerah yang beriklim tropis lembab, sehingga erosi yang terjadi disebabkan karena penghanyutan oleh air. Ini berdasarkan data rata-rata curah hujan di Indonesia yang melebihi 1500mm/tahun. Sedangkan pada daerah yang beriklim tropis kering agen utama yang mempengaruhi erosi adalah angin. Untuk Indonesia sendiri, akibat dari erosi banyak terjadi diberbagai daerah dengan macam-macam bentuknya.
Didalam proses erosi ini dipengaruhi oleh kegiatan manusia yang melakukan tindakan terhadap kondisi tanah. Tindakan tersebut bersifat negatif atau telah melakukan kesalahan dalam pengelolaan tanah dan lahan pertaniannya. Oleh karena itu manusia dalam hal ini berperan membantu terjadinya erosi dipercepat. Biasanya erosi ini menimbulkan ketidakseimbangan antara tanah yang terangkut ke daerah yang rendah dengan pembentukan tanah. Tanah yang terpindahkan jauh lebih besar jumlahnya daripada tanah yang baru terbentuk, sehingga akan membawa malapetaka yang karena memang lingkungannya telah mengalami kerusakan-kerusakan, menimbulkan kerugian besar seperti banjir, longsor, kekeringan, ataupun turunnya produktifitas tanah. Untuk itu perlu adanya penanggulangan dari kita sendiri maupun dari pemerintah dengan cara penanaman pohon pelindung dalam upaya reboisasi, sehingga selanjutnya tinggal lapisan bawah tanah (sub soil) yang belum matang itu.
Pada lingkungan DAS, laju erosi dikendalikan oleh kecepatan aliran air dan sifat sedimen (terutama ukuran butirnya). Stres yang bekerja pada permukaan tanah atau dasar perairan sebanding dengan kecepatan aliran. Resistensi tanah atau sedimen untuk bergerak sebanding dengan ukuran butirnya. Gaya pembangkit eksternal yang menimbulkan erosi adalah curah hujan dan aliran air pada lereng DAS. Curah hujan yang tinggi dan lereng DAS yang miring merupakan faktor utama yang membangkitkan erosi. Pertahanan DAS terhadap erosi tergantung utamanya pada tutupan lahan. Penguatan pertahanan terhadap erosi dapat pula dilakukan dengan upaya-upaya kerekayasaan.
Erosi yang terjadi pada setiap wilayah akan berbeda beda tergantung dari kondisi iklim dan faktor lain yang akan dijelaskan pada bahasan selanjutnya. Indonesia tergolong daerah yang beriklim tropis lembab, sehingga erosi yang terjadi disebabkan karena penghanyutan oleh air. Ini berdasarkan data rata-rata curah hujan di Indonesia yang melebihi 1500mm/tahun. Sedangkan pada daerah yang beriklim tropis kering agen utama yang mempengaruhi erosi adalah angin. Untuk Indonesia sendiri, akibat dari erosi banyak terjadi diberbagai daerah dengan macam-macam bentuknya.
Faktor Faktor Penyebab Erosi
Setiap permasalahan sudah tentu memiliki penyebab, begitu pula dengan
erosi. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya erosi diantaranya adalah:
1. Iklim
Iklim dapat mempengaruhi erosi oleh karena menentukan indeks erosifitas hujan. Selain itu, komponen iklim yaitu curah hujan dapat mempengaruhi laju erosifitas secara terus menerus sesuai intensitas hujan yang terjadi.
2. Tanah
Sedang tanah dengan sifat-sifatnya itu dapat menentukan besar kecilnya laju pengikisan (erosi) dan dinyatakan sebagai faktor erodibilitas tanah (kepekaan tanah terhadap erosi atau ketahanan tanah terhadap adanya erosi).
3. Topografi
Kemampuan tanah terbawa air erosi dipengaruhi oleh topografi suatu wilayah. Kondisi wilayah yang dapat menghanyutkan tanah sebagai sedimen erosi secara cepat adalah wilayah yang memiliki kemiringan lereng yang cukup besar. Sedangkan pada wilayah yang landai akan kurang intensif laju erosifitasnya, karena lebih cenderung untuk terjadi penggenangan.
4. Tanaman Penutup Tanah
Tanaman penutup tanah (vegetasi) berperan untuk menjaga agar tanah lebih aman dari percikan-percikan yang terjadi akibat jatuhnya air hujan ke permukaan tanah. Selain melindungi dari timpaan titik-titik hujan, vegetasi juga berfungsi untuk memperbaiki susunan tanah dengan bantuan akar-akar yang menyebar.
5. Manusia
Manusia dapat berperan sebagai penyebab cepatnya laju erosi maupun menekan laju erosi. Dalam proses mempercepat erosi, manusia banyak melakukan kesalahan dalam pengelolaan lingkungan, seperti penambangan, eksploitasi hutan, pengerukan tanah, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam penanggulangan laju erosi, manusia dapat melakukan evaluasi konservasi lahan dengan cara reboisasi, pembuatan terasering pada areal pertanian,dan lain-lain.
1. Iklim
Iklim dapat mempengaruhi erosi oleh karena menentukan indeks erosifitas hujan. Selain itu, komponen iklim yaitu curah hujan dapat mempengaruhi laju erosifitas secara terus menerus sesuai intensitas hujan yang terjadi.
2. Tanah
Sedang tanah dengan sifat-sifatnya itu dapat menentukan besar kecilnya laju pengikisan (erosi) dan dinyatakan sebagai faktor erodibilitas tanah (kepekaan tanah terhadap erosi atau ketahanan tanah terhadap adanya erosi).
3. Topografi
Kemampuan tanah terbawa air erosi dipengaruhi oleh topografi suatu wilayah. Kondisi wilayah yang dapat menghanyutkan tanah sebagai sedimen erosi secara cepat adalah wilayah yang memiliki kemiringan lereng yang cukup besar. Sedangkan pada wilayah yang landai akan kurang intensif laju erosifitasnya, karena lebih cenderung untuk terjadi penggenangan.
4. Tanaman Penutup Tanah
Tanaman penutup tanah (vegetasi) berperan untuk menjaga agar tanah lebih aman dari percikan-percikan yang terjadi akibat jatuhnya air hujan ke permukaan tanah. Selain melindungi dari timpaan titik-titik hujan, vegetasi juga berfungsi untuk memperbaiki susunan tanah dengan bantuan akar-akar yang menyebar.
5. Manusia
Manusia dapat berperan sebagai penyebab cepatnya laju erosi maupun menekan laju erosi. Dalam proses mempercepat erosi, manusia banyak melakukan kesalahan dalam pengelolaan lingkungan, seperti penambangan, eksploitasi hutan, pengerukan tanah, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam penanggulangan laju erosi, manusia dapat melakukan evaluasi konservasi lahan dengan cara reboisasi, pembuatan terasering pada areal pertanian,dan lain-lain.
Pengaruh Yang Ditimbulkan Oleh Erosi
Dampak erosi dibagi menjadi dampak ditempat asal terjadinya erosi (on
site) dan dampak pada daerah diluarnya (off site).
Dampak erosi tanah di tapak (on-site) merupakan dampak yang dapat terlihat langsung kepada pengelola lahan yaitu berupa penurunan produktifitas. Hal ini berdampak pada kehilangan produksi peningkatan penggunaan pupuk dan kehilangan lapisan olah tanah yang akhirnya menimbulkan terjadinya tanah kritis.
Pengaruh erosi pada kesuburan fisik tanah diantaranya adalah terjadinya penghanyutan partikel-partikel tanah, perubahan struktur tanah, penurunan kapasitas infiltrasi dan penampungan, serta perubahan profil tanah. Sedangkan pengaruh pada kesuburan kimia tanah menurut Goeswono Soepardi dalam bukunya “Sifat dan Ciri Tanah” adalah kehilangan unsur hara karena erosi selama rata-rata 2 tahun yang diperoleh dari percobaan di Missouri yaitu N 66 kg per hektar, kemudian P2O5 41 kg per hektar,K2O 729 kg per hektar, MgO 145 per kg per hektar,dan SO4 sebanyak 42 kg per hektar per tahun.
Tanah yang dikatakan rusak kalau lapisan bagian atasnya atau top soil (ketebalan 15 - 35 cm) memang telah banyak terkikis dan atau dihanyutkan oleh arus air hujan, sehingga lapisan tersebut menjadi tipis atau bahkan hilang (A.G Kartasapoetra,1986:45).
Sementara itu, Jung L sekitar tahun 1953 telah melakukan penelitian yang telah membuktikan adanya penghanyutan bahan organik yang diakibatkan erosi, seperti halnya pada table berikut:
Bagian lereng P2O5
(mg/100g tanah) K2O
(mg/100g tanah) Humus (%)
puncak 10,0 14,3 1,69
tengah 4,7 9,8 1,58
bawah 7,2 16,8 1,71
Sumber: Jung L (1953)
Dampak erosi tanah diluar lahan pertanian (off-site) merupakan dampak sangt besar pengaruhnya. Sedimen hasil erosi tanah dan kontaminan yang terbawa bersama sedimen menimbulkan kerugian dan biaya yang sangat besar dalam kehidupan. Arsyad (1989) mengemukakan bentuk dampak off-site antara lain:
Dampak erosi tanah di tapak (on-site) merupakan dampak yang dapat terlihat langsung kepada pengelola lahan yaitu berupa penurunan produktifitas. Hal ini berdampak pada kehilangan produksi peningkatan penggunaan pupuk dan kehilangan lapisan olah tanah yang akhirnya menimbulkan terjadinya tanah kritis.
Pengaruh erosi pada kesuburan fisik tanah diantaranya adalah terjadinya penghanyutan partikel-partikel tanah, perubahan struktur tanah, penurunan kapasitas infiltrasi dan penampungan, serta perubahan profil tanah. Sedangkan pengaruh pada kesuburan kimia tanah menurut Goeswono Soepardi dalam bukunya “Sifat dan Ciri Tanah” adalah kehilangan unsur hara karena erosi selama rata-rata 2 tahun yang diperoleh dari percobaan di Missouri yaitu N 66 kg per hektar, kemudian P2O5 41 kg per hektar,K2O 729 kg per hektar, MgO 145 per kg per hektar,dan SO4 sebanyak 42 kg per hektar per tahun.
Tanah yang dikatakan rusak kalau lapisan bagian atasnya atau top soil (ketebalan 15 - 35 cm) memang telah banyak terkikis dan atau dihanyutkan oleh arus air hujan, sehingga lapisan tersebut menjadi tipis atau bahkan hilang (A.G Kartasapoetra,1986:45).
Sementara itu, Jung L sekitar tahun 1953 telah melakukan penelitian yang telah membuktikan adanya penghanyutan bahan organik yang diakibatkan erosi, seperti halnya pada table berikut:
Bagian lereng P2O5
(mg/100g tanah) K2O
(mg/100g tanah) Humus (%)
puncak 10,0 14,3 1,69
tengah 4,7 9,8 1,58
bawah 7,2 16,8 1,71
Sumber: Jung L (1953)
Dampak erosi tanah diluar lahan pertanian (off-site) merupakan dampak sangt besar pengaruhnya. Sedimen hasil erosi tanah dan kontaminan yang terbawa bersama sedimen menimbulkan kerugian dan biaya yang sangat besar dalam kehidupan. Arsyad (1989) mengemukakan bentuk dampak off-site antara lain:
Pelumpuran dan pendangkalan waduk
Tertimbunnya lahan pertanian dan bangunan
Memburuknya kualitas air, dan
Kerugian ekosistem perairan
5.Dampak positif dan
negatif tenaga endogen dan eksogen
A). Dampak positif tenaga endogen:
Letak mineral dekat dengan permukaan tanah
Relief bentukan tenaga endogen dapat dijadikan daerah tujuan wisata
Terbentuk gunung yang tinggi yang dapat mendatangkan hujan orografis
Terbentuk tanah tinggi yang luas sebagi areal pertanian agrobisnis
B). Dampak negatif tenaga endogen:
Pergerakan lempeng kerak bumi menimbulkan bencana
Terjadi gerak naik dan turun daratan yang menyebabkan kerusakan
bangunan, jalan, rumah, maupun jembatan.
C). Dampak positif tenaga eksogen:
Pelapukan di daerah kapur, dapat membentuk gua-gua yang mempunyai
stalagtit dan stalagmit, yang dapt menjadi daerah tujuan wisata.
Relief muka bumi bentukan tenaga eksogen baik di pantai maupun di
daratan merupakan daerak pariwisata.
D). Dampak negatif tenaga eksogen:
Terjadi kerusakan areal pertanian, pemukiman, jalan, akibat dari adanya
banjir dan erosi.
Kekuatan angin dapat menimbulkan bencana di daerah pemukiman penduduk.
Pada
dasarnya bentuk-bentuk muka bumi dibagi menjadi 2 (dua), yakni bentuk muka bumi
pada wilayah daratan dan bentuk muka bumi pada wilayah lautan. Masing-masing
bentuk muka bumi baik di daratan maupun di lautan memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Lalu apa saja bentuk muka bumi di wilayah daratan dan lautan
tersebut. Berikut akan dijelaskan lebih rinci bentuk-bentuk muka bumi di kedua
wilayah tersebut.
1. Di daratan
Bentuk
muka bumi di wilayah daratan berada di permukaan bumi yang tidak tertutupi air.
Bentuk muka bumi di daratan ini terbagi menjadi 3 (tiga), yakni: dataran
rendah, dataran tinggi, gunung, dan pegunungan.
Dataran
rendah. Merupakan suatu bentang alam tanpa banyak memiliki perbedaan ketinggian
antara satu tempat dengan tempat yang lain. Dataran ini mempunyai ketinggian
mencapai 200 m di atas permukaan air laut. Contoh dari dataran rendah, yakni
dataran aluvial (contoh dataran aluvial di Sumatra Bagian Timur).
• Dataran tinggi. Merupakan dataran
yang luas yang letaknya di daerah tinggi atau pegunungan. Dataran tinggi
terbentuk sebagai akibat hasil erosi dan sedimentasi. Dataran ini juga
dinamakan plato, contoh dataran tinggi gayo, dataran tinggi dieng.
• Gunung. Merupakan bentuk muka bumi
yang berbentuk kerucut atau kubah berdiri sendiri. Pada beberapa gunung
ditemukan juga yang bersambung dengan gunung lainnya, namun bentuk terpisahnya
masih jelas. Umumnya gunung merupakan gunung berapi, contoh gunung bromo, gunung
semeru, dan gunung merapi
Pegunungan. Bentuk muka bumi ini
berbeda dengan gunung, tetapi juga memiliki persamaan yakni letaknya sama-sama
tinggi. Perbedaannya adalah kalo pegunungan merupakan suatu jalur memanjang
yang berhubungan antara puncak yang satu dengan puncak yang lainnya. Pegunungan
biasanya relatif luas. Pegunungan dapat dibedakan menjadi pegunungan tua dan
muda. Pegunungan tua merupakan pegunungan yang relatif rendah dengan puncaknya
yang relatif tumpul dan lerengnya landai (contoh pegunungan skandinavia dan
australia timur), sedangkan pegunungan muda pada umumnya tinggi denga puncaknya
yang runcing dan lerengnya relatif curam. Contoh dari pegunungan di Indonesia
adalah pegunungan bukit barisan.
2. Di lautan
Bentuk
muka bumi di wilayah lautan merupakan daerah yang tergenang oleh air laut dan
letaknya di dasar laut. Contoh relief dasar laut, yakni:
• Palung laut (trough) merupakan
daerah ingresi di laut yang bentuknya memanjang. Contoh palung sunda (7450
meter)
• Lubuk laut (basin) terjadi akibat
tenaga tektonik merupakan laut ingresi dan bentuknya bulat. Contoh lubuk
sulawesi, lubuk banda
• Gunung laut adalah gunung yang
kakinya ada di dasar laut dan puncaknya menjulang ke atas permukaan air laut.
Contoh gunung krakatau.
• Punggung laut merupakan satuan atau
deretan bukit di dalam laut. Contoh punggung laut Sibolga.
• Ambang laut adalah punggung laut
yang memisahkan dua bagian laut atau dua laut dalam contoh ambang laut sulu,
ambang laut sulawesi.
Secara
umum dasar laut terdiri atas empat bagian. Pembagian ini dimulai dari bagian
daratan menuju ke tengah laut, adalah sebagai berikut:
1.
Landasan Benua (Continental Shelf)
Continental
shelf (landasan benua) adalah dasar laut yang berbatasan dengan benua. Di dasar
laut ini sering ditemukan juga lembah yang menyerupai sungai. Lembah beberapa
sungai yang terdapat di Continental Shelf ini merupakan bukti bahwa dulunya
continental shelf meupakan bagian daratan yang kemudian tenggelam.
2.
Lereng Benua (Continental Slope)
Continental
slope (lereng benua) biasanya terdapat di pinggir continental shelf. Daerah
continental slope bisa mencapai kedalaman 1500 m dengan sudut kemiringan
biasanya tidak lebih dari 5 derajat.
3.
Deep Sea Plain
Deep
sea plain meliputi dua pertiga seluruh dasar laut dan terletak pada kedalaman
lebih dari 1.500 m, biasanya relief di daerah ini bervariasi, mulai dari yang
rata sampai pada puncak vulkanik yang menyembul di atas permukaan laut sebagai
pulau yang terisolasi.
4.
The Deeps
The
deeps merupakan kebalikan dari deep sea plain. Hanya sebagian kecil dasar
lautan sebagai the deeps. The deeps permukaan laut adalah dasar laut dengan
ciri adanya palung laut (trog) dan mencapai kedalaman yang besar, misalnya di
Samudera Pasifik mencapai kedalaman 75.000 m.
2. Tenaga Yang Mengubah Bentuk Muka Bumi
Permukaan bumi selalu dan akan selalu mengalami perubahan sebagai
akibat gomorfologi. Proses ini dapat berupa proses endogen (dari dalam bumi),
proses eksogen ( dari luar bumi), maupun ekstraterestrial (angkasa, contoh
meteor jatuh). Antara proses endogen dan eksogen saling berhubungan dimana
apabila proses endogen terjadi (misal gunung meletus) maka proses eksogen akan
menyertainya.
Berikut ini akan dijelaskan lebih detail mengenai proses-proses yang
bertugas mengubah bentuk muka bumi. Ketiga proses tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Tenaga Endogen
Merupakan tenaga dari dalam bumi yang membentuk konfigurasi permukaan
bumi. Tenaga endogen ini sifatnya membentuk permukaan bumi menjadi tidak rata.
Tenaga Endogen sering menekan di sekitar lapisan-lapisan batuan pembentuk kulit
bumi (litosfer). Mungkin saja di suatu daerah dulunya permukaan bumi rata
(datar) tetapi akibat tenaga endogen ini berubah menjadi gunung, bukit atau
pegunungan. Pada bagian lain permukaan bumi turun menjadikan adanya lembah atau
jurang. Tenaga ini dapat berupa tektonisme (diastropisme), volkanisme, dan
gempa.
Tektonisme (diastropisme) terdiri atas tenaga epirogenesa dan tenaga
orogenesa. Tenaga epirogenesa merupakan proses pengangkatan (negative) atau
penurunan (positive) letak bumi dalam wilayah luas dengan kecepatan relatif
lambat. Contoh akibat dari tenaga epirogenesa positif adalah turunnya
pulau-pulau di Indonesia Timur, dan akibat dari tenaga epirogenesa negatif
adalah pengangkatan benua Asia. Sedangkan tenaga orogenesa merupakan
pengangkatan pada daerah relatif sempit dalam waktu relatif singkat. Contoh
dari tenaga ini adalah terbentuknya pegunungan lipatan di zone utara jawa timur
(pegunungan kendeng). Tenaga ini biasa disebut sebagai tenaga pembentuk
pegunungan.
Volkanisme
adalah proses keluarnya magma ke permukaan bumi, baik melalui pipa kepundan
maupun celah-celah batuan. Konfigurasi permukaan bumi yang dihasilkan oleh
proses ini berupa bentuk lahan asal volkanik. Gejala vulkanisme berhubungan
dengan aktivtas keluarnya magma di gunungapi. Proses keluarnya magma ke permukaan
bumi disebut erupsi gunung api. Proses vulkanisme terjadi karena adanya magma
yang keluar dari zona tumbukan antar lempeng.
Tanda-tanda
akan terjadi letusan gunung api adalah sebagai berikut:
• Kenaikan suhu udara disekitar
gunung secara drastis.
• Sering terjadi gempa sebagai
aktivitas gunung api.
• Bau belerang lebih menyengat dari
biasanya.
• Tumbuhan disekitar gunung pada
layu.
• Munculnya uap air panas.
• Karbon dioksida muncul lebih
berlebihan.
Gempa
bumi adalah proses pergeseran permukaan bumi, baik disebabkan oleh tektonisme,
volkanisme maupun terban (tanah runtuh). Gempa bumi ini kurang berperan dalam
membentuk konfigurasi permukaan bumi dibandingkan kedua tenaga sebelumnya.
Berdasarkan
peristiwa yang menimbulkannya, gempa dibedakan menjadi 3 (tiga), yakni: gempa
tektonik, gempa volkanik, dan gempa runtuhan. Gempa volkanik disebabkan oleh
aktivitas gunung api, gempa tektonik disebabkan akibat gerakan tektonik yakni
patahan dan retakan, sedangkan gempa runtuhan disebabkan oleh akibat runtuhan
atap gua (sering terjadi pada gua-gua di daerah berkapur). Dari ketiga macam
gempa ini yang terkuat adalah gempa yang diakibatkan oleh proses tektonik dan
volkanik.
Terjadinya bentuk muka bumi dipengaruhi oleh adanya gerakan-gerakan kerak bumi. perubahan bentuk yang mengahsilkan pola baru yang disebut struktur diastropik. yang termasuk dalam struktur diastropik adalah: pelengkupan, pelipatan, patahan, dan retakan.
a. Struktur Pelengkungan
Terjadinya bentuk muka bumi dipengaruhi oleh adanya gerakan-gerakan kerak bumi. perubahan bentuk yang mengahsilkan pola baru yang disebut struktur diastropik. yang termasuk dalam struktur diastropik adalah: pelengkupan, pelipatan, patahan, dan retakan.
a. Struktur Pelengkungan
Lapisan batuan yang baru terbentuk cenderung mendatar. lapisan ini bila
mendapat tekanan vertikal tidak merata akan membentuk struktur batuan yang
melengkung. pelengkungan dapat mengarah ke atas yang di sebut kubah (dome) dan
dapat pula mngearah ke bawah yang di sebut cekungan (basin)
b. Struktur Lipatan
Struktur Lipatan terbentuk apabila lapisan itu mnegalami tekanan lemah.
akibat tekanan tersebut lapisan yang semula mendatar (horizontal) akan
terlipat-lipat. bagian lipatan dis ebut antiklinal dan lembah lipatan disebut
sinklinal.b bentuk lipatan dapat dibedakan menjadi lima macam, yakni sebagai
berikut.
1. Fleksur yaitu suatu keadaan peralihan antara lekukan dengan putusnya lapisan batuan.
2. Lipatan tegak atau lerengnya simetris.
3. Lipatan Miring atau lereng-lerengnya tidak simetris.
4. Lipatan Terletak Atau lipatan yang satu menutupi lipatan yang lain.
1. Fleksur yaitu suatu keadaan peralihan antara lekukan dengan putusnya lapisan batuan.
2. Lipatan tegak atau lerengnya simetris.
3. Lipatan Miring atau lereng-lerengnya tidak simetris.
4. Lipatan Terletak Atau lipatan yang satu menutupi lipatan yang lain.
5. Lipatan menutup atau lipatan yang satu menutupi lipatan yang lain
tetapi ukurannya lebih besar.
c. Struktur Patahan
c. Struktur Patahan
Terbentuk apabila tekanan cukup kuat sehingga tidak dapat dinetralisasi
oleh sifat plastis batuan. berdasarkan arah gerakan batuan di sepanjang bidang
patahan dikenal lima tipe-tipe patahan, yaitu sebagai berikut :
1). Normal Fault : Adalah patahan yang arah gerak blok batuannya
mengikuti arah gaya berat, yaitu ke bawah sepanjang bidang patahan.
2). Reversa Fault : Adalah Patahan yang arah gerak blok batuannya berlawanan dengan arah gerak normal fault, yaitu mengarah ke atas.
3). Strike-slip Fault : adalah patahan yang arah gerak blok batuannya mendatar sepanjang bidang patahan.
4). Obligue-Slip Fault : adalah Patahan yang arah gerak blok batuannya saling menjauhi dalam arah mendatar atau arah lain sehingga membentuk jurang yang lebar.
5). Rotational Fault : adalah patahan yang arah gerak blok batuannya memutar bidang patahan.
d. Struktur Retakan
2). Reversa Fault : Adalah Patahan yang arah gerak blok batuannya berlawanan dengan arah gerak normal fault, yaitu mengarah ke atas.
3). Strike-slip Fault : adalah patahan yang arah gerak blok batuannya mendatar sepanjang bidang patahan.
4). Obligue-Slip Fault : adalah Patahan yang arah gerak blok batuannya saling menjauhi dalam arah mendatar atau arah lain sehingga membentuk jurang yang lebar.
5). Rotational Fault : adalah patahan yang arah gerak blok batuannya memutar bidang patahan.
d. Struktur Retakan
Struktur Retakan terbentuk karena gaya regangan yang menyebabkan batuan
mejadi retak-retak. blok batuan masih tetap di tempatnya dan tidak mengalami
pergeseran tempat.
GEJALa VULKANISME
a. Pengertian Vulkanisme :
a. Pengertian Vulkanisme :
Vulkanisme adalah suatu gejala alam sebagai akibat adanya aktivitas
magma dari dalam bumi. magma adalah batuan cair pijar yang terdapat di dalam
bumi.
Bentuk Intrusi dan Ekstrusi Magma
Bentuk Intrusi Magma
Yang dimaksud dengan intrusi magma ialah masuknya magma ke dalam lapisan-lapisan batuan pembentuk kulit bumi (magma tidak sampai keluar).
a. Still (Retas)
Still (retas) di sebabkan oleh intrusi datar dari magma yang masuk di antara dua lapisan batuan sedimen dan kemudian magma tersebut membeku.
b. Lakolit
Bentuk Intrusi Magma
Yang dimaksud dengan intrusi magma ialah masuknya magma ke dalam lapisan-lapisan batuan pembentuk kulit bumi (magma tidak sampai keluar).
a. Still (Retas)
Still (retas) di sebabkan oleh intrusi datar dari magma yang masuk di antara dua lapisan batuan sedimen dan kemudian magma tersebut membeku.
b. Lakolit
Lakolit adalah bentukan yang disebabkan masuknya magma di antara dua
lapisan batuan sedimen kemudian menekan ke atas sehingga mempunyai bentuk
cembung ke atas tetapi datar di bawah.
c. Gang atau Korok
c. Gang atau Korok
Gang atau Korok di sebabkan masuknya magma di antara dua lapisan batuan
sedimen kemudian menekan ke atas sehingga mempunyai bentuk cembung ke atas
tetapi datar di bawah.
d. Batholit
Batholit yaitu magma yang membeku jauh di dalam dapur magma bentuknya tidak beraturan.
Bentuk Ekstrusi magma (Bentuk Erupsi)
Ekstrusi magma adalah magma yang bisa menembus kulit bumi sampai keluar mencapai permukaan kulit bumi.
a). Erupsi Linier (Retakan),
Batholit yaitu magma yang membeku jauh di dalam dapur magma bentuknya tidak beraturan.
Bentuk Ekstrusi magma (Bentuk Erupsi)
Ekstrusi magma adalah magma yang bisa menembus kulit bumi sampai keluar mencapai permukaan kulit bumi.
a). Erupsi Linier (Retakan),
Erupsi linier terjadi akibat magma keluar melalui retakan yang memanjang
pada kulit bumi sehingga membentuk deretan gunung api.
b). Erupsi Areal
Erupsi areal terjadi bila letak magma sangat dekat ke permukaan bumi, sehingga magma membakar kulit bumi yang ada di atasnya, yakni yang dekat sekali ke permukaan kulit bumi, sehingga meleleh pada permukaan bumi tersebut.
c). Erupsi Sentral
Erupsi sentral terjadi bila magma keluar melalui sebuah lubang yang membentuk gunung-gunung api yang tersendiri letaknya.
Berdasarkan Proses Keluarnya Magma, Erupsi di Bedakan menjadi tiga Macam :
Erupsi areal terjadi bila letak magma sangat dekat ke permukaan bumi, sehingga magma membakar kulit bumi yang ada di atasnya, yakni yang dekat sekali ke permukaan kulit bumi, sehingga meleleh pada permukaan bumi tersebut.
c). Erupsi Sentral
Erupsi sentral terjadi bila magma keluar melalui sebuah lubang yang membentuk gunung-gunung api yang tersendiri letaknya.
Berdasarkan Proses Keluarnya Magma, Erupsi di Bedakan menjadi tiga Macam :
Erupsi Eksplosif yaitu letusan yang menimbulkan ledakan akibat
dari tekanan gas magma.
Erupsi Efusif yaitu letusan gunung api yang menyebabkan keluarnya
magma dalam bentuk aliran lava dari lubang kepundan.
Erupsi Campuran adalah letusan yang terdiri dari kedua letusan di atas,
terjadi secara selang-seling antara letusan eksplosif dan letusan efusif.
Jenis
gunung berapi berdasarkan bentuknya
Stratovolcano
Tersusun dari batuan hasil letusan dengan tipe letusan berubah-ubah
sehingga dapat menghasilkan susunan yang berlapis-lapis dari beberapa jenis
batuan, sehingga membentuk suatu kerucut besar (raksasa), kadang-kadang
bentuknya tidak beraturan, karena letusan terjadi sudah beberapa ratus kali.
Gunung Merapi merupakan jenis ini.
Perisai
Tersusun dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan masih cair,
sehingga tidak sempat membentuk suatu kerucut yang tinggi (curam), bentuknya
akan berlereng landai, dan susunannya terdiri dari batuan yang bersifat
basaltik. Contoh bentuk gunung berapi ini terdapat di kepulauan Hawai.
Cinder Cone
Merupakan gunung berapi yang abu dan pecahan kecil batuan vulkanik
menyebar di sekeliling gunung. Sebagian besar gunung jenis ini membentuk
mangkuk di puncaknya. Jarang yang tingginya di atas 500 meter dari tanah di
sekitarnya.
Kaldera
Gunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang
melempar ujung atas gunung sehingga membentuk cekungan. Gunung Bromo merupakan
jenis ini.
Klasifikasi gunung berapi di Indonesia
Kalangan vulkanologi Indonesia mengelompokkan gunung berapi ke dalam
tiga tipe berdasarkan catatan sejarah letusan/erupsinya.
• Gunung api Tipe A : tercatat
pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu kali sesudah tahun
1600.
• Gunung api Tipe B : sesudah tahun
1600 belum tercatat lagi mengadakan erupsi magmatik namun masih memperlihatkan
gejala kegiatan vulkanik seperti kegiatan solfatara.
• Gunung api Tipe C : sejarah
erupsinya tidak diketahui dalam catatan manusia, namun masih terdapat
tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola pada
tingkah lemah.
Penyebab Terjadinya
Gempa Bumi
Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan
oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan
itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut
tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itu lah gempa bumi
akan terjadi. Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan
tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan
kompresional dan translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar
terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi
fase pada kedalaman lebih dari 600 km. Beberapa gempa bumi lain juga dapat
terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu
dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa gempa bumi
(jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di
balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga)
juga dapat terjadi karena injeksi atau ekstraksi cairan dari/ke dalam bumi (contoh.
pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas bumi dan di Rocky Mountain
Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal
ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata nuklir yang
dilakukan pemerintah. Gempa bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini
dinamakan juga seismisitas terinduksi.
Dampak gempa bumi
– Goncangan gempa bisa
sangat hebat dan dampak yang ditimbulkannya juga tidak kalah dahsyat. Gempa
merupakan salah satu fenomena alam yang menimbulkan bencana. Dilihat dari efek
atau akibat yang ditimbulkan, kejadian-kejadian yang mungkin terjadi mengiringi
peristiwa gempa bumi sebagai berikut.
- Gelombang tsunami
Salah satu akibat dari gempa bumi adalah munculnya gelombang tsunami jika sumber gempa di bawah laut. Gelombang tsunami tersebut muncul jika di pusat gempa terjadi patahan lempeng bumi turun sehingga air laut surut sementara. Akan tetapi tidak lama kemudian gelombang sangat tinggi dan berkecepatan luar biasa menerjang pantai dan masuk jauh ke daratan. Selanjutnya gelombang ini merusak apa saja yang dilaluinya.
Salah satu akibat dari gempa bumi adalah munculnya gelombang tsunami jika sumber gempa di bawah laut. Gelombang tsunami tersebut muncul jika di pusat gempa terjadi patahan lempeng bumi turun sehingga air laut surut sementara. Akan tetapi tidak lama kemudian gelombang sangat tinggi dan berkecepatan luar biasa menerjang pantai dan masuk jauh ke daratan. Selanjutnya gelombang ini merusak apa saja yang dilaluinya.
Sebelum tsunami muncul, biasanya muncul tanda-tanda seperti terjadi
gerakan tanah, getaran kuat, muncul cairan hitam atau putih dari arah laut,
biasanya juga terdengar bunyi keras, tercium bau garam menyengat dan air laut
terasa dingin.
- Kerusakan bangunan
Gempa merupakan suatu pergerakan permukaan bumi disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik yang terdapat di bawah permukaan bumi. Dengan bergoyangnya permukaan bumi, maka bangunan-bangunan seperti gedung sekolah, pusat pertokoan, perkantoran, maupun rumah-rumah penduduk dapat hancur atau paling tidak retak.
Gempa merupakan suatu pergerakan permukaan bumi disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik yang terdapat di bawah permukaan bumi. Dengan bergoyangnya permukaan bumi, maka bangunan-bangunan seperti gedung sekolah, pusat pertokoan, perkantoran, maupun rumah-rumah penduduk dapat hancur atau paling tidak retak.
- Mengubah topografi atau bentuk muka bumi
Dari hasil penelitian Walhi (Wahana Lingkungan Hidup) Yogyakarta diketahui bahwa terjadi perubahan topografi tanah di sekitar Yogyakarta akibat gempa bumi tanggal 27 Mei 2006 yang lalu. Gempa bumi tersebut memicu longsoran tanah dan mengakibatkan perubahan struktur tanah di daerah-daerah berlereng curam akibat guncangan gempa. Struktur tanah seperti ini berbutir kasar dan dalam kondisi kering akan merapat. Akibat pengaruh gempa, tegangan pori udara dalam lapisan tanah pasir meningkat, dan tegangan efektif tanah menurun hingga mencapai nilai terendah. Dengan demikian tanah kehilangan kekuatan sehingga mengakibatkan runtuhnya lapisan di atas pembentuk lereng dan memicu terjadi tanah longsor.
Dari hasil penelitian Walhi (Wahana Lingkungan Hidup) Yogyakarta diketahui bahwa terjadi perubahan topografi tanah di sekitar Yogyakarta akibat gempa bumi tanggal 27 Mei 2006 yang lalu. Gempa bumi tersebut memicu longsoran tanah dan mengakibatkan perubahan struktur tanah di daerah-daerah berlereng curam akibat guncangan gempa. Struktur tanah seperti ini berbutir kasar dan dalam kondisi kering akan merapat. Akibat pengaruh gempa, tegangan pori udara dalam lapisan tanah pasir meningkat, dan tegangan efektif tanah menurun hingga mencapai nilai terendah. Dengan demikian tanah kehilangan kekuatan sehingga mengakibatkan runtuhnya lapisan di atas pembentuk lereng dan memicu terjadi tanah longsor.
-
Menyebabkan keretakan permukaan bumi
Selain tsunami dan hancurnya infrastruktur, gempa bumi juga mengakibatkan keretakan permukaan tanah. Keretakan ini disebabkan permukaan tanah ikut bergerak ketika lempeng tektonik di bawahnya saling berbenturan.
Selain tsunami dan hancurnya infrastruktur, gempa bumi juga mengakibatkan keretakan permukaan tanah. Keretakan ini disebabkan permukaan tanah ikut bergerak ketika lempeng tektonik di bawahnya saling berbenturan.
-
Menyebabkan perubahan tata air tanah
Pada dasarnya sebelum terjadi gempa tata air tanah bersifat terbuka, tidak bertekanan, berlapis-lapis sesuai dengan struktur batuan dan tanah sehingga ada mata air kecil, relatif besar, dan sudah terbentuk kantong-kantong air di bawah tanah. Kantong-kantong air tersebut secara rutin terisi oleh saluran primer, sekunder, dan tersier berdasarkan struktur dan kestabilan tanah yang telah terbentuk sebelumnya. Ketika terjadi gempa bumi lapisan dalam kantong-kantong air ini patah sehingga terjadi kebocoran, lapisan tanah terkoyak, dan bergeser. Oleh karena itu wajar jika setelah gempa tiba-tiba ada mata air yang mati, sumur kering, atau muncul mata air baru di tempat lain. Hilangnya mata air atau munculnya mata air baru di tempat lain akibat patahan dan pergeseran kantong-kantong air ini menunjukkan adanya perubahan tata air setelah guncangan gempa.
Pada dasarnya sebelum terjadi gempa tata air tanah bersifat terbuka, tidak bertekanan, berlapis-lapis sesuai dengan struktur batuan dan tanah sehingga ada mata air kecil, relatif besar, dan sudah terbentuk kantong-kantong air di bawah tanah. Kantong-kantong air tersebut secara rutin terisi oleh saluran primer, sekunder, dan tersier berdasarkan struktur dan kestabilan tanah yang telah terbentuk sebelumnya. Ketika terjadi gempa bumi lapisan dalam kantong-kantong air ini patah sehingga terjadi kebocoran, lapisan tanah terkoyak, dan bergeser. Oleh karena itu wajar jika setelah gempa tiba-tiba ada mata air yang mati, sumur kering, atau muncul mata air baru di tempat lain. Hilangnya mata air atau munculnya mata air baru di tempat lain akibat patahan dan pergeseran kantong-kantong air ini menunjukkan adanya perubahan tata air setelah guncangan gempa.
-
Mengakibatkan trauma psikis atau mental
Ternyata bencana gempa, gunung meletus, dan tsunami tidak hanya mengakibatkan kerusakan fisik atau bangunan, harta benda, dan jiwa manusia, tetapi juga kondisi kejiwaan bagi para korban. Akibat bencana tersebut, sebagian besar korban dapat mengalami penderitaan biopsikososial yaitu gangguan akan kewaspadaan den kepekaan yang berlebihan terhadap sekadar perubahan suara, perubahan keadaan, dan aneka perubahan kecil lain yang sebenarnya wajar terjadi di tengah kehidupan sehari-hari.
Ternyata bencana gempa, gunung meletus, dan tsunami tidak hanya mengakibatkan kerusakan fisik atau bangunan, harta benda, dan jiwa manusia, tetapi juga kondisi kejiwaan bagi para korban. Akibat bencana tersebut, sebagian besar korban dapat mengalami penderitaan biopsikososial yaitu gangguan akan kewaspadaan den kepekaan yang berlebihan terhadap sekadar perubahan suara, perubahan keadaan, dan aneka perubahan kecil lain yang sebenarnya wajar terjadi di tengah kehidupan sehari-hari.
Jenis-jenis Batuan Serta
Pembentukannya
Setiap jenis batuan mempunyai sifat yang
berbeda. Sifat batuan tersebut meliputi
bentuk, warna, kekerasan, kasar atau halus, dan mengilap atau tidaknya
permukaan batuan. Setiap batuan memiliki sifat dan ciri khusus. Hal ini
disebabkan bahan-bahan yaAda batuan yang mengandung zat besi, nikel,
tembaga, emas, belerang, platina, atau bahan-bahan lain. Bahan-bahan seperti
itu disebut mineral. Tiap jenis batuan mempunyai kandungan mineral yang
berbeda.
terkandung dalam batuan berbeda-beda.
Berdasarkan proses terbentuknya, terdapat tiga jenis batuan yang menyusun
lapisan kerak bumi. Tiga jenis batuan tersebut yaitu batuan beku (batuan magma atau
vulkanik), batuan endapan (batuan sedimen), dan batuan malihan (batuan
metamorf). a. Batuan Beku (Batuan Magma/Vulkanik)
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk
dari magma yang membeku. Magma merupakan benda cair yang sangat panas dan
terdapat di perut bumi. Magma yang mencapai permukaan bumi disebut lava. Semula
batuan beku berupa lelehan magma yang besar1. Batuan Beku (Batuan Magma/Vulkanik)
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk
dari magma yang membeku. Magma merupakan benda cair yang sangat panas dan
terdapat di perut bumi. Magma yang mencapai permukaan bumi disebut lava. Semula
batuan beku berupa lelehan magma yang besar
2. Batu
granit
Tersusun atas butiran yang kasar. Ada yang
berwarna putih dan ada yang berwarna keabu-abuan. Dimanfaatkan untuk bahan
bangunan.
Berasal dari magma yang membeku di dalam
kerak bumi. Proses pembekuan ini berlangsung secara perlahan. Jadi, batu ini
termasuk batuan beku dalam.
3. Batu
basal
Disebut juga batu lava. Berwarna hijau
keabu-abuan dan terdiri dari butiran yang sangat kecil. Dimanfaatkan untuk
bahan bangunan.
Berasal dari magma yang membeku di bawah
lapisan kerak bumi, tercampur dengan gas sehingga beronggarongga kecil. 4. Batu andesit
Berwarna putih
keabu-abuan dan butirannya kecil seperti pada batu basal. Dimanfaatkan untuk
membuat arca dan bangunan candi.
Berasal dari
magma yang membeku sangat cepat di bawah kerak bumi.
5. Batu apung
Berwarna cokelat
bercampur abu-abu muda dan beronggarongga. Digunakan untuk mengampelas kayu dan
sebagai bahan penggosok.
Berasal dari
magma yang membeku di permukaan bumi
b.
Batuan Endapan (Batuan Sedimen)
Batuan endapan adalah batuan yang terbentuk
dari endapan hasil pelapukan batuan. Batuan ini dapat pula terbentuk dari
batuan yang terkikis atau dari endapan sisa-sisa binatang dan tumbuhan. 1. Batu
konglomerat
Terdiri atas kerikil-kerikil yang
permukaannya tumpul. Batuan ini banyak digunakan sebagai bahan bangunan.
Berasal dari endapan hasil pelapukan batuan
beku.
2. Batu
breksi
Terdiri atas kerikil-kerikil yang
permukaannya tajam. Batuan ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
Berasal dari endapan hasil pelapukan batuan
beku.
3. Batu
pasir
Terdiri atas butiran-butiran pasir,
berwarna abu-abu, merah, kuning, atau putih. Batuan ini banyak dimanfaatkan
sebagai bahan bangunan.
Berasal dari endapan hasil pelapukan batuan
beku yang butirannya kecil-kecil. 4. Batu
serpih
Terdiri dari butiran-butiran batu lempung
atau tanah liat,
berwarna abu-abu kehijauan,
merah, atau kuning. Dimanfaatkan sebagai bahan bangunan
berwarna abu-abu kehijauan,
merah, atau kuning. Dimanfaatkan sebagai bahan bangunan
Berasal dari endapan hasil pelapukan batuan
tanah liat
5. Batu
kapur
Terdiri dari butiran-butiran kapur halus,
berwarna putih agak keabu-abuan, sebagai bahan campuran pembuat semen.
Beraral dari endac. Batuan Malihan
(Metamorf)
Batuan malihan (metamorf) berasal dari
batuan sedimen yang mengalami perubahan (metamorfosis). Batuan sedimen ini
mengalami perubahan karena mendapat panas dan tekanan dari dalam Bumi. Jika
mendapat panas terusmenerus, batuan ini akan berubah menjadi batuan malihan.
pan
hasil pelapukan tulang dan cangkang hewan-hewan lautc. Batuan Malihan (Metamorf)
Batuan malihan (metamorf) berasal dari
batuan sedimen yang mengalami perubahan (metamorfosis). Batuan sedimen ini
mengalami perubahan karena mendapat panas dan tekanan dari dalam Bumi. Jika
mendapat panas terusmenerus, batuan ini akan berubah menjadi batuan malihan.
1. Batu
genes (gneiss)
Berwarna putih keabu-abuan
dan keras. Batu genes dimanfaatkan untuk membuat barang kerajinan seperti asbak, jambangan bunga, dan patung.
dan keras. Batu genes dimanfaatkan untuk membuat barang kerajinan seperti asbak, jambangan bunga, dan patung.
Berasal dari batuan pluto granit yang
mengalami metamorfosis karena panas dan tekanan.
2. Batu
marmer
Berwarna putih dan ada yang
hitam, keras, dan permukaannya halus. Marmer biasa digunakan untuk membuat meja, papan
nama, batu nisan, dan pelapis dinding bangunan atau lantai Berasal dari batuan kapur yang mengalami metamorfosis
karena panas dan tekanan.
hitam, keras, dan permukaannya halus. Marmer biasa digunakan untuk membuat meja, papan
nama, batu nisan, dan pelapis dinding bangunan atau lantai Berasal dari batuan kapur yang mengalami metamorfosis
karena panas dan tekanan.
3. Batu
sabak
Berwarna abu-abu tua, mudah terbelah
tipis-tipis, dan permukaannya kasar. Sebelum ada kertas, batu sabak
dimanfaatkan sebagai papan untuk menulis.
Berasal dari batuan serpih
yang mengalami metamorfosis
yang mengalami metamorfosis
4.Proses terjadinya
pelapukan
Proses pelapukan batuan terjadi akibat tiga mekanisme, yaitu:
(1) proses pelapukan fisik,
(2) proses pelapukan kimia, dan
(3) proses pelapukan biologi.
Ketiga proses ini saling terintegrasi satu sama lain sehingga
mempercepat proses pelapukan batuan. Proses pelapukan fisik merupakan proses
mekanik yang menyebabkan bebatuan masif pecah dan hancur serta terfragmentasi
menjadi partikel-partikel kecil tanpa ada perubahan sifat kimia. Proses ini
terjadi akibat dari:
(1) perubahan suhu yang drastis seperti sangat dingin atau sangat
panas,
(2) hantaman air hujan,
(3) penetrasi akar, dan
(4) aktivitas makhluk hidup lainnya.
Perbedaan kecepatan proses pelapukan fisik dipengaruhi:
(1) tingkat kontraksi dan ekspansi dari komponen penyusun batuan,
sehingga memicu proses pecah dan hancurnya bebatuan,
(2) tingkat kekasaran permukaan bebatuan, makin kasar permukaan
bebatuan akan mengalami proses pelapukan yang lebih cepat, dan
(3) warna gelap dan terangnya bebatuan, makin gelap warna bebatuan akan
memiliki daya menyerap cahaya yang lebih banyak dan mempercepat proses pemuaian
atau kontraksi dan ekspansi, sehingga mempercepat proses pelapukan.
Proses pelapukan kimia merupakan proses pelapukan yang diikuti
terjadinya perubahan sifat kimia. Beberapa proses kimia dari pelapukan adalah:
(1) pelarutan atau solubilitas,
(2) hidrasi atau proses pengikatan molekul air, sehingga volume
meningkat dan kekuatan melemah serta menjadi mudah mengalami proses pelapukan,
(3) hidrolisis atau proses pergantian kation-kation dengan ion hidrogen
dan saat terjadi ionisasi menyebabkan kondisi melemah, sehingga mudah mengalami
proses pelapukan,
(4) oksidasi atau terjadinya penambahan muatan positif, seoperti
perubahan besi dalam batuan dari bentuk ferro menjadi bentuk ferri dan
ukurannya bertambah, sehingga mudah mengalami proses pelapukan, dan
(5) reduksi atau peristiwa penurunan muatan positif,
(6) karbonatasi atau proses yang menyebabkan bereaksinya asam karbonat
dengan basa-basa membentuk basa karbonat, dan
(7) asidifikasi atau proses pengasaman bebatuan, sehingga mempercepat
proses pelapukan, seperti: pengasaman akibat asam nitrat yang terkandung dalam
air hujan, dan pengasaman akibat asam sulfat hasil dekomposisi protein, kedua
asam ini mempercepat proses pelapukan.
Proses pelapukan biologi dapat diakibatkan oleh aktivitas kehidupan:
(1) mikroorganisme tanah,
(2) akar tumbuhan, dan
(3) hewan.
EROSI, DAMPAK, DAN UPAYA
PENANGGULANGANNYA
Pendahuluan
Erosi adalah terangkatnya lapisan tanah atau sedimen karena stres yang
yang ditimbulkan oleh gerakan angin atau air pada permukaan tanah atau dasar
perairan. Erosi yang terjadi dipengaruhi oleh faktor alam secara alami maupun
oleh adanya tindakan dari manusia yang berusaha untuk mengolah tanah dan
lingkungan demi kepentingannya (Ahmad Basyar dkk,2006:2).
Berkaitan dengan hal ini, terdapat istilah erosi yang normal dan erosi
yang dipercepat.
1. Erosi Normal (normal erosion) adalah erosi yang terjadi secara alami
bergantung pada faktor-faktor geologi yang mempengaruhinya. Erosi ini
berlangsung secara normal dilapangan tanpa adanya campur tangan manusia.
Keberlangsungan erosi ini melalui tiga tahap yaitu:
Pertama, agregat-agregat tanah mengalami pemecahan sehingga
terbentuklah butiran-butiran tanah yang relatif kecil dibanding sebelumnya.
Kedua, terjadi pemindahan partikel tanah yang lebih kecil tadi melalui
penghanyutan dan atau karena kekuatan angin.
Ketiga, setelah hanyut terbawa air atau angin maka partikel tanah
tersebut diendapkan pada tempat yang lebih rendah ataupun didasar sungai.
Erosi normal biasanya tidak banyak membawa dampak buruk bagi kehidupan
manusia juga bagi keseimbangan alam. Biasanya terjadinya dalam intensitas kecil
saja, karena partikel yang terangkut seimbang dengan banyaknya jumlah tanah
yang terbentuk pada daerah yang lebih rendah itu.
2. Erosi Dipercepat (accelerated erosion)
Didalam proses erosi ini dipengaruhi oleh kegiatan manusia yang melakukan tindakan terhadap kondisi tanah. Tindakan tersebut bersifat negatif atau telah melakukan kesalahan dalam pengelolaan tanah dan lahan pertaniannya. Oleh karena itu manusia dalam hal ini berperan membantu terjadinya erosi dipercepat. Biasanya erosi ini menimbulkan ketidakseimbangan antara tanah yang terangkut ke daerah yang rendah dengan pembentukan tanah. Tanah yang terpindahkan jauh lebih besar jumlahnya daripada tanah yang baru terbentuk, sehingga akan membawa malapetaka yang karena memang lingkungannya telah mengalami kerusakan-kerusakan, menimbulkan kerugian besar seperti banjir, longsor, kekeringan, ataupun turunnya produktifitas tanah. Untuk itu perlu adanya penanggulangan dari kita sendiri maupun dari pemerintah dengan cara penanaman pohon pelindung dalam upaya reboisasi, sehingga selanjutnya tinggal lapisan bawah tanah (sub soil) yang belum matang itu.
Pada lingkungan DAS, laju erosi dikendalikan oleh kecepatan aliran air dan sifat sedimen (terutama ukuran butirnya). Stres yang bekerja pada permukaan tanah atau dasar perairan sebanding dengan kecepatan aliran. Resistensi tanah atau sedimen untuk bergerak sebanding dengan ukuran butirnya. Gaya pembangkit eksternal yang menimbulkan erosi adalah curah hujan dan aliran air pada lereng DAS. Curah hujan yang tinggi dan lereng DAS yang miring merupakan faktor utama yang membangkitkan erosi. Pertahanan DAS terhadap erosi tergantung utamanya pada tutupan lahan. Penguatan pertahanan terhadap erosi dapat pula dilakukan dengan upaya-upaya kerekayasaan.
Erosi yang terjadi pada setiap wilayah akan berbeda beda tergantung dari kondisi iklim dan faktor lain yang akan dijelaskan pada bahasan selanjutnya. Indonesia tergolong daerah yang beriklim tropis lembab, sehingga erosi yang terjadi disebabkan karena penghanyutan oleh air. Ini berdasarkan data rata-rata curah hujan di Indonesia yang melebihi 1500mm/tahun. Sedangkan pada daerah yang beriklim tropis kering agen utama yang mempengaruhi erosi adalah angin. Untuk Indonesia sendiri, akibat dari erosi banyak terjadi diberbagai daerah dengan macam-macam bentuknya.
Didalam proses erosi ini dipengaruhi oleh kegiatan manusia yang melakukan tindakan terhadap kondisi tanah. Tindakan tersebut bersifat negatif atau telah melakukan kesalahan dalam pengelolaan tanah dan lahan pertaniannya. Oleh karena itu manusia dalam hal ini berperan membantu terjadinya erosi dipercepat. Biasanya erosi ini menimbulkan ketidakseimbangan antara tanah yang terangkut ke daerah yang rendah dengan pembentukan tanah. Tanah yang terpindahkan jauh lebih besar jumlahnya daripada tanah yang baru terbentuk, sehingga akan membawa malapetaka yang karena memang lingkungannya telah mengalami kerusakan-kerusakan, menimbulkan kerugian besar seperti banjir, longsor, kekeringan, ataupun turunnya produktifitas tanah. Untuk itu perlu adanya penanggulangan dari kita sendiri maupun dari pemerintah dengan cara penanaman pohon pelindung dalam upaya reboisasi, sehingga selanjutnya tinggal lapisan bawah tanah (sub soil) yang belum matang itu.
Pada lingkungan DAS, laju erosi dikendalikan oleh kecepatan aliran air dan sifat sedimen (terutama ukuran butirnya). Stres yang bekerja pada permukaan tanah atau dasar perairan sebanding dengan kecepatan aliran. Resistensi tanah atau sedimen untuk bergerak sebanding dengan ukuran butirnya. Gaya pembangkit eksternal yang menimbulkan erosi adalah curah hujan dan aliran air pada lereng DAS. Curah hujan yang tinggi dan lereng DAS yang miring merupakan faktor utama yang membangkitkan erosi. Pertahanan DAS terhadap erosi tergantung utamanya pada tutupan lahan. Penguatan pertahanan terhadap erosi dapat pula dilakukan dengan upaya-upaya kerekayasaan.
Erosi yang terjadi pada setiap wilayah akan berbeda beda tergantung dari kondisi iklim dan faktor lain yang akan dijelaskan pada bahasan selanjutnya. Indonesia tergolong daerah yang beriklim tropis lembab, sehingga erosi yang terjadi disebabkan karena penghanyutan oleh air. Ini berdasarkan data rata-rata curah hujan di Indonesia yang melebihi 1500mm/tahun. Sedangkan pada daerah yang beriklim tropis kering agen utama yang mempengaruhi erosi adalah angin. Untuk Indonesia sendiri, akibat dari erosi banyak terjadi diberbagai daerah dengan macam-macam bentuknya.
Faktor Faktor Penyebab Erosi
Setiap permasalahan sudah tentu memiliki penyebab, begitu pula dengan
erosi. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya erosi diantaranya adalah:
1. Iklim
Iklim dapat mempengaruhi erosi oleh karena menentukan indeks erosifitas hujan. Selain itu, komponen iklim yaitu curah hujan dapat mempengaruhi laju erosifitas secara terus menerus sesuai intensitas hujan yang terjadi.
2. Tanah
Sedang tanah dengan sifat-sifatnya itu dapat menentukan besar kecilnya laju pengikisan (erosi) dan dinyatakan sebagai faktor erodibilitas tanah (kepekaan tanah terhadap erosi atau ketahanan tanah terhadap adanya erosi).
3. Topografi
Kemampuan tanah terbawa air erosi dipengaruhi oleh topografi suatu wilayah. Kondisi wilayah yang dapat menghanyutkan tanah sebagai sedimen erosi secara cepat adalah wilayah yang memiliki kemiringan lereng yang cukup besar. Sedangkan pada wilayah yang landai akan kurang intensif laju erosifitasnya, karena lebih cenderung untuk terjadi penggenangan.
4. Tanaman Penutup Tanah
Tanaman penutup tanah (vegetasi) berperan untuk menjaga agar tanah lebih aman dari percikan-percikan yang terjadi akibat jatuhnya air hujan ke permukaan tanah. Selain melindungi dari timpaan titik-titik hujan, vegetasi juga berfungsi untuk memperbaiki susunan tanah dengan bantuan akar-akar yang menyebar.
5. Manusia
Manusia dapat berperan sebagai penyebab cepatnya laju erosi maupun menekan laju erosi. Dalam proses mempercepat erosi, manusia banyak melakukan kesalahan dalam pengelolaan lingkungan, seperti penambangan, eksploitasi hutan, pengerukan tanah, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam penanggulangan laju erosi, manusia dapat melakukan evaluasi konservasi lahan dengan cara reboisasi, pembuatan terasering pada areal pertanian,dan lain-lain.
1. Iklim
Iklim dapat mempengaruhi erosi oleh karena menentukan indeks erosifitas hujan. Selain itu, komponen iklim yaitu curah hujan dapat mempengaruhi laju erosifitas secara terus menerus sesuai intensitas hujan yang terjadi.
2. Tanah
Sedang tanah dengan sifat-sifatnya itu dapat menentukan besar kecilnya laju pengikisan (erosi) dan dinyatakan sebagai faktor erodibilitas tanah (kepekaan tanah terhadap erosi atau ketahanan tanah terhadap adanya erosi).
3. Topografi
Kemampuan tanah terbawa air erosi dipengaruhi oleh topografi suatu wilayah. Kondisi wilayah yang dapat menghanyutkan tanah sebagai sedimen erosi secara cepat adalah wilayah yang memiliki kemiringan lereng yang cukup besar. Sedangkan pada wilayah yang landai akan kurang intensif laju erosifitasnya, karena lebih cenderung untuk terjadi penggenangan.
4. Tanaman Penutup Tanah
Tanaman penutup tanah (vegetasi) berperan untuk menjaga agar tanah lebih aman dari percikan-percikan yang terjadi akibat jatuhnya air hujan ke permukaan tanah. Selain melindungi dari timpaan titik-titik hujan, vegetasi juga berfungsi untuk memperbaiki susunan tanah dengan bantuan akar-akar yang menyebar.
5. Manusia
Manusia dapat berperan sebagai penyebab cepatnya laju erosi maupun menekan laju erosi. Dalam proses mempercepat erosi, manusia banyak melakukan kesalahan dalam pengelolaan lingkungan, seperti penambangan, eksploitasi hutan, pengerukan tanah, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam penanggulangan laju erosi, manusia dapat melakukan evaluasi konservasi lahan dengan cara reboisasi, pembuatan terasering pada areal pertanian,dan lain-lain.
Pengaruh Yang Ditimbulkan Oleh Erosi
Dampak erosi dibagi menjadi dampak ditempat asal terjadinya erosi (on
site) dan dampak pada daerah diluarnya (off site).
Dampak erosi tanah di tapak (on-site) merupakan dampak yang dapat terlihat langsung kepada pengelola lahan yaitu berupa penurunan produktifitas. Hal ini berdampak pada kehilangan produksi peningkatan penggunaan pupuk dan kehilangan lapisan olah tanah yang akhirnya menimbulkan terjadinya tanah kritis.
Pengaruh erosi pada kesuburan fisik tanah diantaranya adalah terjadinya penghanyutan partikel-partikel tanah, perubahan struktur tanah, penurunan kapasitas infiltrasi dan penampungan, serta perubahan profil tanah. Sedangkan pengaruh pada kesuburan kimia tanah menurut Goeswono Soepardi dalam bukunya “Sifat dan Ciri Tanah” adalah kehilangan unsur hara karena erosi selama rata-rata 2 tahun yang diperoleh dari percobaan di Missouri yaitu N 66 kg per hektar, kemudian P2O5 41 kg per hektar,K2O 729 kg per hektar, MgO 145 per kg per hektar,dan SO4 sebanyak 42 kg per hektar per tahun.
Tanah yang dikatakan rusak kalau lapisan bagian atasnya atau top soil (ketebalan 15 - 35 cm) memang telah banyak terkikis dan atau dihanyutkan oleh arus air hujan, sehingga lapisan tersebut menjadi tipis atau bahkan hilang (A.G Kartasapoetra,1986:45).
Sementara itu, Jung L sekitar tahun 1953 telah melakukan penelitian yang telah membuktikan adanya penghanyutan bahan organik yang diakibatkan erosi, seperti halnya pada table berikut:
Bagian lereng P2O5
(mg/100g tanah) K2O
(mg/100g tanah) Humus (%)
puncak 10,0 14,3 1,69
tengah 4,7 9,8 1,58
bawah 7,2 16,8 1,71
Sumber: Jung L (1953)
Dampak erosi tanah diluar lahan pertanian (off-site) merupakan dampak sangt besar pengaruhnya. Sedimen hasil erosi tanah dan kontaminan yang terbawa bersama sedimen menimbulkan kerugian dan biaya yang sangat besar dalam kehidupan. Arsyad (1989) mengemukakan bentuk dampak off-site antara lain:
Dampak erosi tanah di tapak (on-site) merupakan dampak yang dapat terlihat langsung kepada pengelola lahan yaitu berupa penurunan produktifitas. Hal ini berdampak pada kehilangan produksi peningkatan penggunaan pupuk dan kehilangan lapisan olah tanah yang akhirnya menimbulkan terjadinya tanah kritis.
Pengaruh erosi pada kesuburan fisik tanah diantaranya adalah terjadinya penghanyutan partikel-partikel tanah, perubahan struktur tanah, penurunan kapasitas infiltrasi dan penampungan, serta perubahan profil tanah. Sedangkan pengaruh pada kesuburan kimia tanah menurut Goeswono Soepardi dalam bukunya “Sifat dan Ciri Tanah” adalah kehilangan unsur hara karena erosi selama rata-rata 2 tahun yang diperoleh dari percobaan di Missouri yaitu N 66 kg per hektar, kemudian P2O5 41 kg per hektar,K2O 729 kg per hektar, MgO 145 per kg per hektar,dan SO4 sebanyak 42 kg per hektar per tahun.
Tanah yang dikatakan rusak kalau lapisan bagian atasnya atau top soil (ketebalan 15 - 35 cm) memang telah banyak terkikis dan atau dihanyutkan oleh arus air hujan, sehingga lapisan tersebut menjadi tipis atau bahkan hilang (A.G Kartasapoetra,1986:45).
Sementara itu, Jung L sekitar tahun 1953 telah melakukan penelitian yang telah membuktikan adanya penghanyutan bahan organik yang diakibatkan erosi, seperti halnya pada table berikut:
Bagian lereng P2O5
(mg/100g tanah) K2O
(mg/100g tanah) Humus (%)
puncak 10,0 14,3 1,69
tengah 4,7 9,8 1,58
bawah 7,2 16,8 1,71
Sumber: Jung L (1953)
Dampak erosi tanah diluar lahan pertanian (off-site) merupakan dampak sangt besar pengaruhnya. Sedimen hasil erosi tanah dan kontaminan yang terbawa bersama sedimen menimbulkan kerugian dan biaya yang sangat besar dalam kehidupan. Arsyad (1989) mengemukakan bentuk dampak off-site antara lain:
Pelumpuran dan pendangkalan waduk
Tertimbunnya lahan pertanian dan bangunan
Memburuknya kualitas air, dan
Kerugian ekosistem perairan
5.Dampak positif dan
negatif tenaga endogen dan eksogen
A). Dampak positif tenaga endogen:
Letak mineral dekat dengan permukaan tanah
Relief bentukan tenaga endogen dapat dijadikan daerah tujuan wisata
Terbentuk gunung yang tinggi yang dapat mendatangkan hujan orografis
Terbentuk tanah tinggi yang luas sebagi areal pertanian agrobisnis
B). Dampak negatif tenaga endogen:
Pergerakan lempeng kerak bumi menimbulkan bencana
Terjadi gerak naik dan turun daratan yang menyebabkan kerusakan
bangunan, jalan, rumah, maupun jembatan.
C). Dampak positif tenaga eksogen:
Pelapukan di daerah kapur, dapat membentuk gua-gua yang mempunyai
stalagtit dan stalagmit, yang dapt menjadi daerah tujuan wisata.
Relief muka bumi bentukan tenaga eksogen baik di pantai maupun di
daratan merupakan daerak pariwisata.
D). Dampak negatif tenaga eksogen:
Terjadi kerusakan areal pertanian, pemukiman, jalan, akibat dari adanya
banjir dan erosi.
Kekuatan angin dapat menimbulkan bencana di daerah pemukiman penduduk.
0 komentar :
Posting Komentar